Saturday, October 12, 2013

Sunnah Rasul #6

NABI IBRAHIM AS ~ نبي ايبراهيم

Nabi Ibrahim adalah putera Aaazar (Tarih) bin Tahur bin Saruj bin Rau' bin Falij bin Aaabir bin Syalih bin Arfakhsyad bin Saam bin Nuh A.S. Ia dilahirkan di sebuah tempat bernama "Faddam A'ram" dalam kerajaan "Babylon" yang pd waktu itu diperintah oleh seorang raja bernama "Namrud bin Kan'aan."
Kerajaan Babylon pd masa itu termasuk kerajaan yang makmur rakyat hidup senang, sejahtera dalam keadaan serba cukup sandang mahupun pandangan serta saranan-saranan yang menjadi keperluan pertumbuhan jasmani mrk.Akan tetapi tingkatan hidup rohani mrk masih berada di tingkat jahiliyah. Mrk tidak mengenal Tuhan Pencipta mereka yang telah memberi karunia mereka dengan segala kenikmatan dan kebahagiaan duniawi. Persembahan mrk adalah patung-patung yang mereka pahat sendiri dari batu-batu atau terbuat dari lumpur dan tanah.



Raja mereka Namrud bin Kan'aan menjalankan tampuk pemerintahnya dengan tangan besi dan kekuasaan mutlak.Semua kehendaknya harus terlaksana dan segala perintahnya merupakan undang-undang yang tidak dpt dilanggar atau di tawar. Kekuasaan yang besar yang berada di tangannya itu dan kemewahan hidup yang berlebuh-lebihanyang ia nikmati lama-kelamaan menjadikan ia tidak puas dengan kedudukannya sebagai raja. Ia merasakan dirinya patut disembah oleh rakyatnya sebagai tuhan. Ia berfikir jika rakyatnya mahu dan rela menyembah patung-patung yang terbina dari batu yang tidal dpt memberi manfaat dan mendtgkan kebahagiaan bagi mrk, mengapa bukan dialah yang disembah sebagai tuhan.Dia yang dpt berbicara, dapat mendengar, dpt berfikir, dpt memimpin mrk, membawa kemakmuran bagi mrk dan melepaskan dari kesengsaraan dan kesusahan. Dia yang dpt mengubah orang miskin menjadi kaya dan orang yang hina-dina diangkatnya menjadi orang mulia. di samping itu semuanya, ia adalah raja yang berkuasa dan memiliki negara yang besar dan luas.

Di tengah-tengah masyarakat yang sedemikian buruknya lahir dan dibesarkanlah Nabi Ibrahim dari seorang ayah yang bekerja sebagai pemahat dan pedagang patung. Ia sebagai calun Rasul dan pesuruh Allah yang akan membawa pelita kebenaran kepada kaumnya,jauh-jauh telah diilhami akal sihat dan fikiran tajam serta kesedaran bahwa apa yang telah diperbuat oleh kaumnya termasuk ayahnya sendiri adalah perbuat yang sesat yang menandakan kebodohan dan kecetekan fikiran dan bahwa persembahan kaumnya kepada patung-patung itu adalah perbuatan mungkar yang harus dibanteras dan diperangi agar mrk kembali kepada persembahan yang benar ialah persembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan pencipta alam semesta ini.

Semasa remajanya Nabi Ibrahim sering disuruh ayahnya keliling kota menjajakan patung-patung buatannya namun karena iman dan tauhid yang telah diilhamkan oleh Tuhan kepadanya ia tidak bersemangat untuk menjajakan barang-barang itu bahkan secara mengejek ia menawarkan patung -patung ayahnya kepada calon pembeli dengan kata-kata:" Siapakah yang akan membeli patung-patung yang tidak berguna ini? "

Nabi Ibrahim Ingin Melihat Bagaimana Makhluk Yang Sudah Mati Dihidupkan Kembali Oleh Allah

Nabi Ibrahim yang sudah berketetapan hati hendak memerangi syirik dan persembahan berhala yang berlaku dalam masyarakat kaumnya ingin lebih dahulu mempertebalkan iman dan keyakinannya, menenteramkan
hatinya serta membersihkannya dari keragu-raguan yang mungkin esekali mangganggu fikirannya dengan memohon kepada Allah agar diperlihatkan kepadanya bagaimana Dia menghidupkan kembali makhluk-makhluk yang sudah mati.Berserulah ia kepada Allah: " Ya Tuhanku! Tunjukkanlah kepadaku bagaimana engkau menghidupkan makhluk-makhluk yang sudah mati."Allah menjawab seruannya dengan berfirman:Tidakkah engkau beriman dan percaya kepada kekuasaan-Ku? "Nabi Ibrahim menjawab:" Betul, wahai Tuhanku, aku telah beriman dan percaya kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu, namun aku ingin sekali melihat itu dengan mata kepala ku sendiri, agar aku mendapat ketenteraman dan ketenangan dan hatiku dan agar makin menjadi tebal dan kukuh keyakinanku kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu."



Allah memperkenankan permohonan Nabi Ibrahim lalu diperintahkanlah ia menangkap empat ekor burung lalu setelah memperhatikan dan meneliti bahagian tubuh-tubuh burung itu, memotongnya menjadi berkeping-keping mencampur-baurkan kemudian tubuh burung yang sudak hancur-luluh dan bercampur-baur itu diletakkan di atas puncak setiap bukit dari empat bukit yang letaknya berjauhan satu dari yang lain.
Setelah dikerjakan apa yang telah diisyaratkan oleh Allah itu, diperintahnyalah Nabi Ibrahim memanggil burung-burung yang sudah terkoyak-koyak tubuhnya dan terpisah jauh tiap-tiap bahagian tubuh burung dari bahagian yang lain.

Dengan izin Allah dan kuasa-Nya datanglah berterbangan enpat ekor burung itu dalam keadaan utuh bernyawa seperti sedia kala begitu mendengar seruan dan panggilan Nabi Ibrahim kepadanya lalu hinggaplah empat burung yang hidup kembali itu di depannya, dilihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Allah YAng Maha Berkuasa dpt menghidupkan kembali makhluk-Nya yang sudah mati sebagaimana Dia menciptakannya dari sesuatu yang tidak ada. Dan dengan demikian tercapailah apa yang diinginkan oleh Nabi Ibrahim untuk mententeramkan hatinya dan menghilangkan kemungkinan ada keraguan di dalam iman dan keyakinannya, bahwa kekuasaan dan kehendak Allah tidak ada sesuatu pun di langit atau di bumi yang dpt menghalangi atau menentangnya dan hanya kata "Kun" yang difirmankan Oleh-Nya maka terjadilah akan apa yang dikenhendaki " Fayakun".

Nabi Ibrahim Berdakwah Kepada Ayah Kandungnya

Aazar, ayah Nabi Ibrahim tidak terkecuali sebagaimana kaumnya yang lain, bertuhan dan menyembah berhala bah ia adalah pedagang dari patung-patung yang dibuat dan dipahatnya sendiri dan drpnya orang membeli patung-patung yang dijadikan persembahan.
Nabi Ibrahim merasa bahwa kewajiban pertama yang harus ia lakukan sebelum berdakwah kepada orang lain ialah menyedarkan ayah kandungnya dulu orang yang terdekat kepadanya bahwa kepercayaan dan persembahannya kepada berhala-berhala itu adalah perbuatan yang sesat dan bodoh.Beliau merasakan bahawa kebaktian kepada ayahnya mewajibkannya memberi penerangan kepadanya agar melepaskan kepercayaan yang sesat itu dan mengikutinya beriman kepada Allah Yang Maha Kuasa.

Dengan sikap yang sopan dan adab yang patut ditunjukkan oleh seorang anak terhadap orang tuanya dan dengan kata-kata yang halus ia dtg kepada ayahnya menyampaikan bahwa ia diutuskan oleh Allah sebagai nabi dan rasul dan bahawa ia telah diilhamkan dengan pengetahuan dan ilmu yang tidak dimiliki oleh ayahnya. Ia bertanya kepada ayahnya dengan lemah lembut gerangan apakah yang mendorongnya untuk menyembah berhala seperti lain-lain kaumnya padahal ia mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak berguna sedikit pun tidak dpt mendtgkan keuntungan bagi penyembahnya atau mencegah kerugian atau musibah. Diterangkan pula kepada ayahnya bahwa penyembahan kepada berhala-berhala itu adalah semata-mata ajaran syaitan yang memang menjadi musuh kepada manusia sejak Adam diturunkan ke bumi lagi. Ia berseru kepada ayahnya agar merenungkan dan memikirkan nasihat dan ajakannya berpaling dari berhala-berhala dan kembali menyembah kepada Allah yang menciptakan manusia dan semua makhluk yang dihidupkan memberi mrk rezeki dan kenikmatan hidup serta menguasakan bumi dengan segala isinya kepada manusia.

Aazar menjadi merah mukanya dan melotot matanya mendengar kata-kata seruan puteranya Nabi Ibrahim yyang ditanggapinya sebagai dosa dan hal yang kurang patut bahwa puteranya telah berani mengecam dan menghina kepercayaan ayahnya bahkan mengajakkannya untuk meninggalkan kepercayaan itu dan menganut kepercayaan dan agama yang ia bawa. Ia tidak menyembunyikan murka dan marahnya tetapi dinyatakannya dalam kata-kata yang kasar dan dalam maki hamun seakan-akan tidak ada hunbungan diantara mereka. IA berkata kepada Nabi Ibrahim dengan nada gusar: " Hai Ibrahim! Berpalingkah engkau dari kepercayaan dan persembahanku ? Dan kepercayaan apakah yang engkau berikan kepadaku yang menganjurkan agar aku mengikutinya? Janganlah engkau membangkitkan amarahku dan cuba mendurhakaiku.Jika engkau tidak menghentikan penyelewenganmu dari agama ayahmu tidak engkau hentikan usahamu mengecam dan memburuk-burukkan persembahanku, maka keluarlah engkau dari rumahku ini. Aku tidak sudi bercampur denganmu didalam suatu rumah di bawah suatu atap. Pergilah engkau dari mukaku sebelum aku menimpamu dengan batu dan mencelakakan engkau."

Nabi Ibrahim menerima kemarahan ayahnya, pengusirannya dan kata-kata kasarnya dengan sikap tenang, normal selaku anak terhadap ayah seray berkaat: " Oh ayahku! Semoga engkau selamat, aku akan tetap memohonkan ampun bagimu dari Allah dan akan tinggalkan kamu dengan persembahan selain kepada Allah. Mudah-mudahan aku tidak menjadi orang yang celaka dan malang dengan doaku utkmu." Lalu keluarlah Nabi Ibrahim meninggalkan rumah ayahnya dalam keadaan sedih dan prihati karena tidak berhasil mengangkatkan ayahnya dari lembah syirik dan kufur.

Nabi Ibrahim Menghancurkan Berhala-berhala

Kegagalan Nabi Ibrahim dalam usahanya menyedarkan ayahnya yang tersesat itu sangat menusuk hatinya karena ia sebagai putera yang baik ingin sekali melihat ayahnya berada dalam jalan yang benar terangkat dari lembah kesesatan dan syirik namun ia sedar bahwa hidayah itu adalah di tangan Allah dan bagaimana pun ia ingin dengan sepenuh hatinya agar ayahnya mendpt hidayah ,bila belum dikehendaki oleh Allah maka sia-sialah keinginan dan usahanya.
Penolakan ayahnya terhadap dakwahnya dengan cara yang kasar dan kejam itu tidak sedikit pun mempengaruhi ketetapan hatinya dan melemahkan semangatnya untuk berjalan terus memberi penerangan kepada kaumnya untuk menyapu bersih persembahan-persembahan yang bathil dan kepercayaan-kepercayaan yang bertentangan dengan tauhid dan iman kepada Allah dan Rasul-Nya

Nabi Ibrahim tidak henti-henti dalam setiap kesempatan mengajak kaumnya berdialog dan bermujadalah tentang kepercayaan yang mrk anut dan ajaran yang ia bawa. Dan ternyata bahwa bila mrk sudah tidak berdaya menilak dan menyanggah alasan-alasan dan dalil-dalil yang dikemukakan oleh Nabi Ibrahim tentang kebenaran ajarannya dan kebathilan kepercayaan mrk maka dalil dan alasan yang usanglah yang mrk kemukakan iaitu bahwa mrk hanya meneruskan apa yang oleh bapa-bapa dan nenek moyang mrk dilakukan dan sesekali mrk tidak akan melepaskan kepercayaan dan agama yang telah mereka warisi.


Nabi Ibrahim pada akhirnya merasa tidak bermanfaat lagi berdebat dan bermujadalah dengan kaumnya yang berkepala batu dan yang tidak mahu menerima keterangan dan bukti-bukti nyata yang dikemukakan oleh beliau dan selalu berpegang pada satu-satunya alasan bahwa mrk tidak akan menyimpang dari cara persembahan nenek moyang mrk, walaupun oleh Nabi Ibrahim dinyatakan berkali-kali bahwa mrk dan bapa-bapa mrk keliru dan tersesat mengikuti jejak syaitan dan iblis.

Nabi Ibrahim kemudian merancang akan membuktikan kepada kaumnya dengan perbuatan yang nyata yang dapat mrk lihat dengan mata kepala mrk sendiri bahwa berhala-berhala dan patung-patung mrk betul-betul tidak berguna bagi mrk dan bahkan tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri.

Adalah sudah menjadi tradisi dan kebiasaan penduduk kerajaan Babylon bahwa setiap tahun mrk keluar kota beramai-ramai pd suatu hari raya yang mrk anggap sebagai keramat. Berhari-hari mrk tinggal di luar kota di suatu padang terbuka, berkhemah dengan membawa bekalan makanan dan minuman yang cukup. Mrk bersuka ria dan bersenang-senang sambil meninggalkan kota-kota mrk kosong dan sunyi. Mrk berseru dan mengajak semua penduduk agar keluar meninggalkan rumah dan turut beramai -ramai menghormati hari-hari suci itu. Nabi Ibrahim yang juga turut diajak turut serta berlagak berpura-pura sakit dan diizinkanlah ia tinggal di rumah apalagi mrk merasa khuatir bahwa penyakit Nabi Ibrahim yang dibuat-buat itu akan menular dan menjalar di kalangan mrk bila ia turut serta.

" Inilah dia kesempatan yang ku nantikan," kata hati Nabi Ibrahim tatkala melihat kota sudah kosong dari penduduknya, sunyi senyap tidak terdengar kecuali suara burung-burung yang berkicau, suara daun-daun pohon yang gemerisik ditiup angin kencang. Dengan membawa sebuah kapak ditangannya ia pergi menuju tempat beribadatan kaumnya yang sudah ditinggalkan tanpa penjaga, tanpa juru kunci dan hanya deretan patung-patung yang terlihat diserambi tempat peribadatan itu. Sambil menunjuk kepada semahan bunga-bunga dan makanan yang berada di setiap kaki patung berkata Nabi Ibrahim, mengejek:" Mengapa kamu tidak makan makanan yang lazat yang disaljikan bagi kamu ini? Jawablah aku dan berkata-katalah kamu."Kemudian disepak, ditamparlah patung-patung itu dan dihancurkannya berpotong-potong dengan kapak yang berada di tangannya. Patung yang besar ditinggalkannya utuh, tidak diganggu yang pada lehernya dikalungkanlah kapak Nabi Ibrahim itu.

Terperanjat dan terkejutlah para penduduk, tatkala pulang dari berpesta ria di luar kota dan melihat keadaan patung-patung, tuhan-tuhan mrk hancur berantakan dan menjadi potongan-potongan terserak-serak di atas lantai. Bertanyalah satu kepada yang lain dengan nada hairan dan takjub: "Gerangan siapakah yang telah berani melakukan perbuatan yang jahat dan keji ini terhadap tuhan-tuhan persembahan mrk ini?" Berkata salah seorang diantara mrk:" Ada kemungkinan bahwa orang yang selalu mengolok-olok dan mengejek persembahan kami yang bernama Ibrahim itulah yang melakukan perbuatan yang berani ini." Seorang yang lain menambah keterangan dengan berkata:" Bahkan dialah yang pasti berbuat, karena ia adalah satu-satunya orang yang tinggal di kota sewaktu kami semua berada di luar merayakan hari suci dan keramat itu." Selidik punya selidik, akhirnya terdpt kepastian yyang tidak diragukan lagi bahwa Ibrahimlah yang merusakkan dan memusnahkan patung-patung itu. Rakyat kota beramai-ramai membicarakan kejadian yang dianggap suatu kejadian atau penghinaan yang tidak dpt diampuni terhadap kepercayaan dan persembahan mrk. Suara marah, jengkel dan kutukan terdengar dari segala penjuru, yang menuntut agar si pelaku diminta bertanggungjawab dalam suatu pengadilan terbuka, di mana seluruh rakyat penduduk kota dapat turut serta menyaksikannya.

Dan memang itulah yang diharapkan oleh Nabi Ibrahim agar pengadilannya dilakukan secara terbuka di mana semua warga masyarakat dapat turut menyaksikannya. Karena dengan cara demikian beliau dapat secara terselubung berdakwah menyerang kepercayaan mrk yang bathil dan sesat itu, seraya menerangkan kebenaran agama dan kepercayaan yang ia bawa, kalau diantara yang hadir ada yang masih boleh diharapkan terbuka hatinya bagi iman dari tauhid yang ia ajarkan dan dakwahkan.
Hari pengadilan ditentukan dan datang rakyat dari segala pelosok berduyung-duyung mengujungi padang terbuka yang disediakan bagi sidang pengadilan itu.

Ketika Nabi Ibrahim datang menghadap para hakim yang akan mengadili ia disambut oleh para hadirin dengan teriakan kutukan dan cercaan, menandakan sangat gusarnya para penyembah berhala terhadap beliau yang telah berani menghancurkan persembahan mrk.
Ditanyalah Nabi Ibrahim oleh para hakim:" Apakah engkau yang melakukan penghancuran dan merusakkan tuhan-tuhan kami?" Dengan tenang dan sikap dingin, Nabi Ibrahim menjawab:
" Patung besar yang berkalungkan kapak di lehernya itulah yang melakukannya. Cuba tanya saja kepada patung-patung itu siapakah yang menghancurkannya."

Para hakim penanya terdiam sejenak seraya melihat yang satu kepada yang lain dan berbisik-bisik, seakan-akan Ibrahim yang mengandungi ejekan itu. Kemudian berkata si hakim:" Engkaukan tahu bahwa patung-patung itu tidak dapat bercakap dan berkata mengapa engkau minta kami bertanya kepadanya?" Tibalah waktunya yang memang dinantikan oleh Nabi Ibrahim, maka sebagai jawapan atas pertanyaan yang terakhir itu beliau berpidato membentangkan kebathilan persembahan mrk,yang mrk pertahankan mati-matian, semata-mata hanya karena adat itu adalah warisan nenek-moyang. Berkata Nabi Ibrahim kepada para hakim itu:" Jika demikian halnya, mengapa kamu sembah patung-patung itu, yang tidak dapat berkata, tidak dapat melihat dan tidak dapat mendengar, tidak dapat membawa manfaat atau menolak mudharat, bahkan tidak dapat menolong dirinya dari kehancuran dan kebinasaan? Alangkah bodohnya kamu dengan kepercayaan dan persembahan kamu itu! Tidakkah dapat kamu berfikir dengan akal yang sihat bahwa persembahan kamu adalah perbuatan yang keliru yang hanya difahami oleh syaitan. Mengapa kamu tidak menyembah Tuhan yang menciptakan kamu, menciptakan alam sekeliling kamu dan menguasakan kamu di atas bumi dengan segala isi dan kekayaan. Alangkah hina dinanya kamu dengan persembahan kamu itu."

Setelah selesai Nabi Ibrahim menguraikan pidatonya iut, para hakim mencetuskan keputusan bahawa Nabi Ibrahim harus dibakar hidup-hidup sebagai ganjaran atas perbuatannya menghina dan menghancurkan tuhan-tuhan mrk, maka berserulah para hakim kepada rakyat yang hadir menyaksikan pengadilan itu:" Bakarlah ia dan belalah tuhan-tuhanmu , jika kamu benar-benar setia kepadanya."

Nabi Ibrahim Dibakar Hidup-hidup

Keputusan mahkamah telah dijatuhakan.Nabi Ibrahim harus dihukum dengan membakar hidup-hidup dalam api yang besar sebesar dosa yang telah dilakukan. Persiapan bagi upacara pembakaran yang akan disaksikan oleh seluruh rakyat sedang diaturkan. Tanah lapang bagi tempat pembakaran disediakan dan diadakan pengumpulan kayu bakar dengan banyaknya dimana tiap penduduk secara gotong-royong harus mengambil bahagian membawa kayu bakar sebanyak yang ia dapat sebagai tanda bakti kepada tuhan-tuhan persembahan mrk yang telah dihancurkan oleh Nabi Ibrahim.




Berduyun-duyunlah para penduduk dari segala penjuru kota membawa kayu bakar sebagai sumbangan dan tanda bakti kepada tuhan mrk. Di antara terdapat para wanita yang hamil dan orang yang sakit yang membawa sumbangan kayu bakarnya dengan harapan memperolehi barakah dari tuhan-tuhan mereka dengan menyembuhkan penyakit mereka atau melindungi yang hamil di kala ia bersalin.
Setelah terkumpul kayu bakar di lanpangan yang disediakan untuk upacara pembakaran dan tertumpuk serta tersusun laksan sebuah bukit, berduyun-duyunlah orang datang untuk menyaksikan pelaksanaan hukuman atas diri Nabi Ibrahim. Kayu lalu dibakar dan terbentuklah gunung berapi yang dahsyat yang sedang berterbangan di atasnya berjatuhan terbakar oleh panasnya wap yang ditimbulkan oleh api yang menggunung itu. Kemudian dalam keadaan terbelenggu, Nabi Ibrahim didtgkan dan dari atas sebuah gedung yang tinggi dilemparkanlah ia kedalam tumpukan kayu yang menyala-nyala itu dengan iringan firman Allah:" Hai api, menjadilah engkau dingin dan keselamatan bagi Ibrahim."

Sejak keputusan hukuman dijatuhkan sampai saat ia dilemparkan ke dalam bukit api yang menyala-nyala itu, Nabi Ibrahim tetap menunjukkan sikap tenang dan tawakkal karena iman dan keyakinannya bahwa Allah tidak akan rela melepaskan hamba pesuruhnya menjadi makanan api dan kurban keganasan orang-orang kafir musuh Allah. Dan memang demikianlah apa yang terjadi tatkala ia berada dalam perut bukit api yang dahsyat itu ia merasa dingin sesuai dengan seruan Allah Pelindungnya dan hanya tali temali dan rantai yang mengikat tangan dan kakinya yang terbakar hangus, sedang tubuh dan pakaian yang terlekat pada tubuhnya tetap utuh, tidak sedikit pun tersentuh oleh api, hal mana merupakan suatu mukjizat yang diberikan oleh Allah kepada hamba pilihannya, Nabi Ibrahim, agar dapat melanjutkan penyampaian risalah yang ditugaskan kepadanya kepada hamba-hamba Allah yang tersesat itu.

Para penonton upacara pembakaran hairan tercenggang tatkala melihat Nabi Ibrahim keluar dari bukit api yang sudah padam dan menjadi abu itu dalam keadaan selamat, utuh dengan pakaiannya yang tetap berda seperti biasa, tidak ada tanda-tanda sentuhan api sedikit jua pun. Mereka bersurai meninggalkan lapangan dalam keadaan hairan seraya bertanya-tanya pada diri sendiri dan di antara satu sama lain bagaimana hal yang ajaib itu berlaku, padahal menurut anggapan mereka dosa Nabi Ibrahim sudah nyata mendurhakai tuhan-tuhan yang mereka puja dan sembah.Ada sebahagian drp mrk yang dalam hati kecilnya mulai meragui kebenaran agama mrk namun tidak berani melahirkan rasa ragu-ragunya itu kepada orang lain, sedang para pemuka dan para pemimpin mrk merasa kecewa dan malu, karena hukuman yang mrk jatuhkan ke atas diri Nabi Ibrahim dan kesibukan rakyat mengumpulkan kayu bakar selama berminggu-minggu telah berakhir dengan kegagalan, sehingga mrk merasa malu kepada Nabi Ibrahim dan para pengikutnya.

Mukjizat yang diberikan oleh Allah s.w.t. kepada Nabi Ibrahim sebagai bukti nyata akan kebenaran dakwahnya, telah menimbulkan kegoncangan dalam kepercayaan sebahagian penduduk terhadap persembahan dan patung-patung mrk dan membuka mata hati banyak drp mrk untuk memikirkan kembali ajakan Nabi Ibrahim dan dakwahnya, bahkan tidak kurang drp mrk yang ingin menyatakan imannya kepada Nabi Ibrahim, namun khuatir akan mendapat kesukaran dalam penghidupannya akibat kemarahan dan balas dendam para pemuka dan para pembesarnya yang mungkin akan menjadi hilang akal bila merasakan bahwa pengaruhnya telah bealih ke pihak Nabi Ibrahim.


Sumber:


Sambungan Kisah Nabi Ibrahim…..

"Mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling rugi." (QS. al-Anbiya': 70)


Al-Quran tidak menceritakan kepada kita tentang usia Nabi Ibrahim saat menghancurkan berhala-berhala kaumnya. Al-Quran juga tidak menceritakan berapa usia beliau saat memikul tanggung jawab dakwah dan menyeru di jalan Allah SWT. Melalui pelacakan nas-nas dapat diketahui bahawa Nabi Ibrahim saat itu masih muda belia, ketika melakukan peristiwa besar itu. Bukti hal itu adalah, ketika para kaumnya mendengar penghancuran berhala, mereka berkata:



"Mereka berkata: "Kami mendengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim." (QS. al-Anbiya': 60)



Injil Barnabas menceritakan bahawa Nabi Ibrahim menghancurkan patung-patung sebelum Allah SWT mewajibkannya berdakwah. Injil Barnabas mengatakan pada pasal ke 29 bahawa Nabi Ibrahim mendengar suatu suara yang memanggil-manggilnya. Nabi Ibrahim bertanya: "Siapa yang memanggilku?" Ketika itu Nabi Ibrahim mendengar suara yang berkata: "Aku adalah malaikat Jibril. Nabi Ibrahim menjadi takut, tetapi malaikat itu segera menenangkannya sambil berkata: "Jangan takut, hai Ibrahim kerana engkau adalah kekasih Allah SWT, dan ketika engkau menghancurkan tuhan-tuhan sembahan manusia, Allah SWT memilihmu sebagai pemimpin para malaikat dan para nabi." Kemudian - masih kata Injil Barnabas: "Nabi Ibrahim bertanya apa yang harus dilakukan untuk menyembah tuhan para malaikat dan para nabi?" Jibril menjawab: "bahawa hendaklah beliau pergi ke sumber ini dan mandi, agar dapat mendaki gunung sehingga Allah SWT berbicara dengannya."



Kemudian Nabi Ibrahim mendaki gunung, lalu Allah SWT menyerunya. Nabi Ibrahim menjawab: "Siapa yang memanggilku?" Allah SWT berkata: "Aku adalah Tuhanmu, hai Ibrahim." Nabi Ibrahim gementar ketakutan dan sujud di atas bumi dan beliau berkata: "Wahai Tuhanku, bagaimana hamba-Mu mendengar seruan-Mu sementara ia adalah tanah dan abu." Di sanalah Allah SWT memerintahkannya agar beliau bangkit kerana Allah SWT telah memilihnya sebagai hamba-Nya dan Dia telah memberkatinya dan orang-orang yang mengikutinya.



Riwayat tersebut menentukan waktu pemilihan Nabi Ibrahim dan waktu pengangkatannya sewaktu beliau menghancurkan berhala dan penyembahan manusia. Demikianlah yang diceritakan oleh Al-Quran al- Karim dalam firman-Nya:



"Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: Tunduk patuhlah!' Ibrahim menjawab: 'Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam." (QS. al- Baqarah: 131)





Alhasil, masa pemilihan Allah SWT terhadap Nabi Ibrahim tidak ditentukan dalam Al-Quran, sehingga kita tidak dapat memberikan satu jawapan pasti tentang hal itu, tapi yang mampu kita utarakan adalah, bahawa Nabi Ibrahim mampu membuat argumen yang cukup jelas untuk menghancurkan argumen para penyembah berhala. Sebagaimana beliau mampu sebelumnya menghancurkan argumen para penyembah bintang, sehingga hanya tersisa satu argumen yang harus disampaikan kepada para penguasa dan para raja. Dengan demikian, orang-orang kafir telah mendapatkan seluruh argumen kebenaran.



Nabi Ibrahim pun akhirnya terlibat adu argumentasi dengan raja yang menyangka bahawa dirinya adalah tuhan kaumnya. Raja itu menyuruh mereka untuk menyembahnya. Dalam rangka menjaga kepentingannya, boleh jadi memang ia menyangka bahawa dirinya tuhan. kerana Allah SWT telah memberikannya suatu kerajaan yang besar, ia lupa bahawa ia hanya manusia biasa. Kita tidak mengetahui, apakah ia seorang raja atas kaum Nabi Ibrahim lalu ia mendengar kisah mukjizatnya kemudian ia memanggilnya untuk berdebat dengan beliau, atau mungkin ia raja dari daerah lain. Tapi yang kita ketahui bahawa pertemuan di antara keduanya menyebabkan jatuhnya argumen-argumen orang kafir. Allah SWT menceritakan hal tersebut dengan firman-Nya:



"Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) kerana Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). Ketika Ibrahim mengatakan: 'Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan.' Orang itu berkata: 'Saya dapat menghidupkan dan mematikan.' Ibrahim berkata: 'Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat,' lalu hairan terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim. " (QS. al-Baqarah: 258)



Allah SWT sengaja tidak menyebut nama raja itu kerana dianggap tidak penting, sebagaimana Al-Quran juga tidak menyebut dialog panjang yang terjadi antara Nabi Ibrahim dan dia. Barangkali raja itu berkata kepada Nabi Ibrahim: "Aku mendengar bahawa Anda mengajak manusia untuk menyembah Tuhan yang baru dan meninggalkan tuhan yang lama." Nabi Ibrahim menjawab: "Tiada Tuhan lain selain Allah Yang Maha Esa." Si Raja berkata: "Apa yang dilakukan oleh tuhanmu yang tidak dapat aku lakukan?" Raja yang terkena penyakit sombong dan bangga diri itu adalah raja yang tidak tahu diri. Penghormatan manusia dan ketertundukkan manusia kepadanya itu justru meningkatkan kesombongannya. Nabi Ibrahim mendengar apa yang dikatakan oleh si raja. Nabi Ibrahim mengetahui segala sesuatunya. Nabi Ibrahim berkata dengan lembut:



"Tuhanku adalah yang mampu menghidupkan dan mematikan." (QS. al-Baqarah: 258)



Si raja membalas:



"Aku pun menghidupkan dan mematikan." (QS. al-Baqarah: 258)



Nabi Ibrahim tidak bertanya bagaimana si raja menghidupkan dan mematikan. Nabi Ibrahim tahu bahawa sebenarnya ia berbohong. Raja berkata: "Aku mampu menghadirkan seseorang yang sedang berjalan lalu aku membunuhnya, dan pada kesempatan yang lain aku mampu memaafkan orang yang sudah dipastikan untuk dihukum gantung lalu aku menyelamatkannya dari kematian. Dengan demikian, aku mampu memberi kehidupan dan kematian."



Mendengar kebodohannya itu, Nabi Ibrahim tertawa dan pada saat yang sama beliau merasakan kesedihan. Tetapi Nabi Ibrahim ingin mematahkan argumen raja itu yang mengatakan bahawa ia mampu menghidupkan dan mematikan, padahal sebenarnya ia tidak mampu. Nabi Ibrahim berkata:



"Sesungguhnya Allah mampu mendatangkan matahari dari timur, maka kalau engkau mampu datangkanlah ia dari barat. " (QS. al- Baqarah: 258)



Mendengar tentangan Nabi Ibrahim itu, raja menjadi terpaku dan terdiam ia merasa tidak mampu. la tidak mampu berkata-kata lagi. Nabi Ibrahim berkata kepada raja bahawa Allah SWT mampu mendatangkan matahari dari timur, apakah ia mampu mendatangkan matahari dari barat. Tentu raja tidak mampu mendatangkannya. Alam mempunyai aturan dan undang-undang yang diatur dan diciptakan oleh Allah SWT di mana tiada makhluk yang lain yang mampu mengubahnya. Jika raja mengaku bahawa ia benar-benar tuhan, maka tentu ia dapat mengubah hukum alam tersebut. Saat itu si raja merasa tidak mampu memenuhi tentangan itu. Ia justru membisu. Ia tidak mengetahui apa yang harus dikatakannya dan apa yang harus dilakukannya. Setelah orang-orang kafir diam membisu, Nabi Ibrahim meninggalkan istana raja. Kemudian kebenaran Nabi Ibrahim tersebar di segala penjuru negeri. Manusia mulai ramai-ramai membicarakan mukjizatnya dan keselamatannya dari api. Manusia menyinggung bagaimana sikap raja ketika mendengar tentangan Nabi Ibrahim, dan bagaimana si raja menjadi membisu dan tidak mengetahui apa yang harus dikatakannya.



Nabi Ibrahim tetap melanjutkan dakwahnya di jalan Allah SWT. Nabi Ibrahim mencurahkan tenaga dan upayanya untuk membimbing kaumnya. Nabi Ibrahim berusaha menyedarkan mereka dengan berbagai cara. Meskipun beliau sangat cinta dan menyayangi mereka, mereka malah justru marah kepadanya dan malah mengusirnya. Dan tiada yang beriman bersamanya kecuali seorang perempuan dan seorang lelaki. Perempuan itu bernama Sarah yang kemudian menjadi isterinya sedangkan laki-laki itu adalah Luth yang kemudian menjadi nabi setelahnya.



Ketika Nabi Ibrahim mengetahui bahawa tidak seorang pun beriman selain kedua orang tersebut, ia menetapkan untuk berhijrah. Sebelum beliau berhijrah, ia mengajak ayahnya beriman. Kemudian Nabi Ibrahim mengetahui bahawa ayahnya adalah musuh Allah SWT dan dia tidak akan beriman. Nabi Ibrahim pun berlepas diri darinya dan memutuskan hubungan dengannya.



Untuk kedua kalinya dalam kisah para nabi kita mendapati hal yang mengagetkan. Dalam kisah Nabi Nuh kita menemukan bahawa si ayah seorang nabi dan si anak seorang kafir, sedangkan dalam kisah Nabi Ibrahim justru sebaliknya: si ayah yang menjadi kafir dan si anak yang menjadi nabi. Dalam kedua kisah tersebut kita mengetahui bahawa seorang mukmin berlepas diri dari musuh Allah SWT, meskipun dia adalah anaknya dan ayahnya.



Melalui kisah tersebut, Allah SWT memberitahukan kepada kita bahawa hubungan satu-satunya yang harus dipelihara dan harus diperhatikan di antara hubungan-hubungan kemanusiaan adalah hubungan keimanan, bukan hanya hubungan darah. Allah SWT berflrman dalam surah at- Taubah:



"Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya, tidak lain hanyalah kerana suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka tatkala jelas bagi Ibrahim bahawa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri darinya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun. " (QS. at-Taubah: 114)



Nabi Ibrahim keluar meninggalkan negerinya dan memulai petualangannya dalam hijrah. Nabi Ibrahim pergi ke kota yang bernama Aur dan ke kota yang lain bernama Haran, kemudian beliau pergi ke Palestina bersama isterinya, satu-satunya wanita yang beriman kepadanya. Beliau juga disertai Luth, satu-satunya lelaki yang beriman kepadanya. Allah SWT berfirman:



"Maka Luth membenarkan (kenabian)nya. Dan berkatalah Ibrahim: 'Sesungguhnya aku akan berpindah ke (tempat yang diperintahkan) Tuhanku (kepadaku); sesungguhnya Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.'" (QS. al-Ankabut: 26)



Setelah ke Palestin, Nabi Ibrahim pergi ke Mesir. Selama perjalanan ini Nabi Ibrahim mengajak manusia untuk menyembah Allah SWT, bahkan beliau berjuang dalam hal itu denqan gigih. Beliau mengabdi dan membantu orang-orang yang tidak mampu dan orang-orang yang lemah. Beliau menegakkan keadilan di tengah-tengah manusia dan menunjukkan kepada mereka jalan yang benar.



isteri Nabi Ibrahim, Sarah, tidak melahirkan, lalu raja Mesir memberikan seorang pembantu dari Mesir yang dapat membantunya. Nabi Ibrahim telah menjadi tua dan rambutnya memutih di mana beliau menggunakan usianya hanya untuk berdakwah di jalan Allah SWT. Sarah berfikir bahawa ia dan Nabi Ibrahim tidak akan mempunyai anak, lalu ia berfikir bagaimana seandainya wanita yang membatunya itu dapat menjadi isteri kedua dari suaminya. Wanita Mesir itu bernama Hajar. Akhirnya, Sarah menikah-kan Nabi Ibrahim dengan Hajar, kemudian Hajar melahirkan anaknya yang pertama yang dinamakan oleh ayahnya dengan nama Ismail. Nabi Ibrahim saat itu menginjak usia yang sangat tua ketika Hajar melahirkan anak pertamanya, Ismail.



Nabi Ibrahim hidup di bumi Allah SWT dengan selalu menyembah-Nya, bertasbih, dan menyucikan-Nya. Kita tidak mengetahui, berapa jauh jarak yang ditempuh Nabi Ibrahim dalam perjalanannya. Beliau adalah seorang musafir di jalan Allah SWT. Seorang musafir di jalan Allah SWT menyedari bahawa hari-hari di muka bumi sangat cepat berlalu, kemudian di tiupkan sangkakala lalu terjadilah hari kiamat dan kemudian hari kebangkitan.



Pada suatu hari, had Nabi Ibrahim dipenuhi rasa kedamaian, cinta, dan keyakinan. Beliau ingin melihat kebesaran Allah SWT, Sang Pencipta. Beliau ingin melihat hari kiamat sebelum terjadinya. Allah SWT menceritakan sikapnya itu dalam firman-Nya:



"Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata: 'Ya Tuhanku, perlihatkanlah padaku bagaimana engkau menghidupkan arang yang mati. 'Allah berfirman: 'Belum yakinkah kamu?' Ibrahim menjawab: 'Aku telah meyakininya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku).'" (QS. al-Baqarah: 260)



Hasrat Nabi Ibrahim terhadap hal tersebut dipengaruhi oleh keimanan yang luar biasa; keimanan yang dipenuhi cinta kepada Allah SWT.



Allah SWT berfirman:



"(Kalau demikian), ambillah empat ekor burung lalu cincanglah semuanya. Allah berfirman: 'Lalu letakkanlah di atas bahagian- bahagian itu, kemudian panggillah mereka, nescaya mereka datang kepadamu dengan segera," dan ketahuilah bahawa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. al-Baqarah: 260)



Nabi Ibrahim melakukan apa saja yang diperintahkan oleh Allah SWT. Beliau menyembelih empat ekor burung lalu memisah-misahkan bahagiannya di atas gunung, kemudian ia memanggilnya dengan nama Allah SWT. Tiba-tiba bulu-bulu dan burung itu bangkit dan bergabung dengan sayap-sayapnya, kemudian dada dari burung itu mencari kepalanya. Akhirnya, bahagian-bahagian burung yang terpisah kembali bergabung. Burung itu pun kembali mendapatkan kehidupan lalu burung itu terbang dengan cepat dan kembali ke pangkuan Nabi Ibrahim.



Para ahli tafsir meyakini bahawa eksperimen ini berangkat dari kehausan ilmu yang ada pada Nabi Ibrahim, dan sebahagian lagi mengatakan bahawa beliau ingin melihat kebesaran Allah SWT saat menciptakan makhluk-Nya. Beliau memang sudah mengetahui hasilnya, tapi beliau tidak melihat cara pembuatan penciptaan makhluk. Sebahagian mufasir lain mengatakan bahawa beliau merasa puas atas apa yang dikatakan oleh Allah SWT dan beliau tidak jadi menyembelih burung. Kami sendiri menilai bahawa eksperimen ini menunjukkan tingkat cinta yang tinggi yang dicapai oleh seorang musafir di jalan Allah SWT, yaitu Nabi Ibrahim. Seorang pencinta akan selalu timbul dalam dirinya hasrat, rasa tunduk, dan rasa ingin menambah cintanya. Demikianlah cinta Nabi Ibrahim. Inilah petualangan Nabi Ibrahim di mana setiap kali ia melalui perjalanannya, maka kehausan cintanya pun meningkat. Pada suatu hari Nabi Ibrahim bangun lalu beliau memerintahkan isterinya, Hajar, untuk membawa anaknya bersiap-siap untuk melalui perjalanan panjang. Setelah beberapa hari, di mulailah perjalanan Nabi Ibrahim bersama isterinya Hajar berserta anak mereka, Ismail. Saat itu Ismail masih menyusu pada ibunya.



Nabi Ibrahim berjalan di tengah-tengah tanah yang penuh dengan tanaman, melewati gurun dan gunung-gunung. Kemudian beliau memasuki tanah Arab. Nabi Ibrahim menuju ke suatu lembah yang di dalamnya tidak ada tanaman, tidak ada buah-buahan, tidak ada pepohonan, tidak ada makanan dan tidak ada air. Lembah itu kosong dari tanda-tanda kehidupan. Nabi Ibrahim sampai ke lembah, lalu beliau turun dari atas punggung haiwan tunggangannya. Lalu beliau menurunkan isterinya dan anaknya dan meninggalkan mereka di sana. Mereka hanya dibekali dengan makanan dan sedikit air yang tidak cukup untuk kebutuhan dua hari.



Ketika beliau mulai meninggalkan mereka dan berjalan, tiba-tiba isterinya segera menyusulnya dan berkata kepadanya: "Wahai Ibrahim, ke mana engkau pergi? Mengapa engkau meninggalkan kami di lembah ini, padahal di dalamnya tidak terdapat sesuatu pun." Nabi Ibrahim tidak segera menjawab dan ia tetap berjalan. isterinya pun kembali mengatakan perkataan yang dikatakan sebelumnya. Namun Nabi Ibrahim tetap diam. Akhirnya, si isteri memahami bahawa Nabi Ibrahim tidak bersikap demikian kecuali mendapat perintah dari Allah SWT. Kemudian si isteri bertanya: "Apakah Allah SWT memerintahkannya yang demikian ini?" Nabi Ibrahim menjawab: "Benar." isteri yang beriman itu berkata: "Kalau begitu, kita tidak akan disia-siakan." Nabi Ibrahim menuju ke tempat di suatu gunung lalu beliau mengangkat kedua tangannya untuk berdoa kepada Allah SWT:



"Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. " (QS. Ibrahim: 37)



Saat itu Baitullah belum dibangun. Terdapat hikmah yang tinggi dalam perjalanan yang penuh dengan misteri ini. Ismail ditinggalkan bersama ibunya di tempat ini. Ismail-lah yang akan bertanggungjawab bersama ayahnya dalam pembangunan Ka'bah. Hikmah Allah SWT menuntut untuk didirikannya suatu bangunan di lembah itu dan dibangun di dalamnya Baitullah, di mana kita akan menuju ke sana dan menghadap kepadanya saat kita solat.





Nabi Ibrahim meninggalkan isterinya dan anaknya yang masih menyusu di padang sahara. Ibu Ismail menyusui anaknya dan mulai merasakan kehausan. Saat itu matahari bersinar sangat panas dan membuat manusia mudah merasa haus. Setelah dua hari, habislah air dan keringlah susu si ibu. Hajar dan Ismail merasakan kehausan, dan makanan telah tiada sehingga saat itu mereka merasakan kesulitan yang luar biasa. Ismail mulai menangis kehausan dan ibunya meninggalkannya untuk mencarikan air. Si ibu berjalan dengan cepat hingga sampai di suatu gunung yang bernama Shafa. Ia menaikinya dan meletakkan kedua tangannya di atas keningnya untuk melindungi kedua matanya dari sengatan matahari. Ia mulai mencari-cari sumber air atau sumur atau seseorang yang dapat membantunya atau kafilah atau musafir yang dapat menolongnya atau berita namun semua harapannya itu gagal. Ia segera turun dari Shafa dan ia mulai berlari dan melalui suatu lembah dan sampai ke suatu gunung yang bernama Marwah. Ia pun mendakinya dan melihat apakah ada seseorang tetapi ia tidak melihat ada seseorang.



Si ibu kembali ke anaknya dan ia masih mendapatinya dalam keadaan menangis dan rasa hausnya pun makin bertambah. Ia segera menuju ke Shafa dan berdiri di atasnya, kemudian ia menuju ke Marwah dan melihat-lihat. Ia mondar-mandir, pulang dan pergi antara dua gunung yang kecil itu sebanyak tujuh kali. Oleh kerananya, orang-orang yang berhaji berlari-lari kecil antara Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali. Ini adalah sebagai peringatan terhadap ibu mereka yang pertama dan nabi mereka yang agung, yaitu Ismail.



Setelah putaran ketujuh, Hajar kembali dalam keadaan letih dan ia duduk di sisi anaknya yang masih menangis. Di tengah-tengah situasi yang sulit ini, Allah SWT menurunkan rahmat-Nya. Ismail pun memukul- mukulkan kakinya di atas tanah dalam keadaan menangis, lalu memancarlah di bawah kakinya sumur zamzam sehingga kehidupan si anak dan si ibu menjadi terselamatkan. Si ibu mengambil air dengan tangannya dan ia bersyukur kepada Allah SWT. Ia pun meminum air itu berserta anaknya, dan kehidupan tumbuh dan bersemi di kawasan itu. Sungguh benar apa yang dikatakannya bahawa Allah SWT tidak akan membiarkannya selama mereka berada di jalan-Nya.



Kafilah musafir mulai tinggal di kawasan itu dan mereka mulai mengambil air yang terpancar dari sumur zamzam. Tanda-tanda kehidupan mulai mengepakkan sayapnya di daerah itu. Ismail mulai tumbuh dan Nabi Ibrahim menaruh kasih sayang dan perhatian padanya, lalu Allah SWT mengujinya dengan ujian yang berat. Allah SWT menceritakan ujian tersebut dalam firman-Nya:



"Dan Ibrahim berkata: Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku. Ya Tuhanku, anugerahkan kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang soleh. Maka Kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim. Ibrahim berkata: 'Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahawa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!' Ia menjawab: 'Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insya- Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.' Tatkala keduanya telah berserah din dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya, (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia: 'Hai Ibrahim, sesungguhnya engkau telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (yaitu) "Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim". Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman. " (QS. ash-Shaffat: 99-111)



Perhatikanlah, bagaimana Allah SWT menguji hamba-hamba-Nya. Renungkanlah bentuk ujian tersebut. Kita sekarang berada di hadapan seorang nabi yang hatinya merupakan hati yang paling lembut dan paling penyayang di muka bumi. Hatinya penuh dengan cinta kepada Allah SWT dan cinta kepada makhluk-Nya. Nabi Ibrahim mendapatkan anak saat beliau menginjak usia senja, padahal sebelumnya beliau tidak membayangkan akan memperoleh kurnia seorang anak.



Nabi Ibrahim tidur, dan dalam tidurnya beliau melihat dirinya sedang menyembelih anaknya, anak satu-satunya yang dicintainya. Timbullah pergolakan besar dalam dirinya. Sungguh salah kalau ada orang mengira bahawa tidak ada pergolakan dalam dirinya. Nabi Ibrahim benar-benar diuji dengan ujian yang berat. Ujian yang langsung berhubungan dengan emosi kebapakan yang penuh dengan cinta dan kasih sayang. Nabi Ibrahim berfikir dan merenung. Kemudian datanglah jawapan bahawa Allah SWT melihatkan kepadanya bahawa mimpi para nabi adalah mimpi kebenaran. Dalam mimpinya, Nabi Ibrahim melihat bahawa ia menyembelih anak satu-satunya. Ini adalah wahyu dari Allah SWT dan perintah dari-Nya untuk menyembelih anaknya yang dicintainya.



Sebagai pencinta sejati, Nabi Ibrahim tidak merasakan kegelisahan dari hal tersebut. Ia tidak "menggugat" perintah Allah SWT itu. Nabi Ibrahim adalah penghulu para pencinta. Nabi Ibrahim berfikir tentang apa yang dikatakan kepada anaknya ketika ia menidurkannya di atas tanah untuk kemudian menyembelihnya. Lebih baik baginya untuk memberitahu anaknya dan hal itu lebih menenangkan hatinya daripada memaksanya untuk menyembelih. Akhirnya, Nabi Ibrahim pergi untuk menemui anaknya.



"Ibrahim berkata: 'Wahai anakku sesungguhnya aku melihat di dalam mimpi, aku menyembelihmu, maka bagaimana pendapatmu. " (QS. ash-Shaffat: 102)



Perhatikanlah bagaimana kasih sayang Nabi Ibrahim dalam menyampaikan perintah kepada anaknya. la menyerahkan urusan itu kepada anaknya; apakah anaknya akan menaati perintah tersebut. Bukankah perintah tersebut adalah perintah dari Tuhannya? Ismail menjawab sama dengan jawapan dari ayahnya itu bahawa perintah itu datangnya dari Allah SWT yang kerananya si ayah harus segera melaksanakannya:



"Wahai ayahku kerjakanlah yang diperintahkan Tuhanmu. Insya Allah engkau mendapatiku sebagai orang-orang yang sabar." (QS. ash- Shaffat: 102)



Perhatikanlah jawapan si anak. Ia mengetahui bahawa ia akan disembelih sebagai pelaksanaan perintah Tuhan, namun ia justru menenangkan hati ayahnya bahawa dirinya akan bersabar. Itulah puncak dari kesabaran. Barangkali si anak akan merasa berat ketika harus dibunuh dengan cara disembelih sebagai pelaksanaan perintah Allah SWT. Tetapi Nabi Ibrahim merasa tenang ketika mendapati anaknya menentangnya untuk menunjukkan kecintaan kepada Allah SWT.



Kita tidak mengetahui perasaan sesungguhnya Nabi Ibrahim ketika mendapati anaknya menunjukkan kesabaran yang luar biasa. Allah SWT menceritakan kepada kita bahawa Ismail tertidur di atas tanah dan wajahnya tertelungkup di atas tanah sebagai bentuk hormat kepada Nabi Ibrahim agar saat ia menyembelihnya Ismail tidak melihatnya, atau sebaliknya. Kemudian Nabi Ibrahim mengangkat pisaunya sebagai pelaksanaan perintah Allah SWT:



"Tatkala keduanya telah berserah din dan Ibrahim, membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya)." (QS. ash- Shaffat: 103)



Al-Quran menggunakan ungkapan tersebut ketika keduanya menyerahkan diri terhadap perintah Allah SWT. Ini adalah wujud Islam yang hakiki. Hendaklah engkau memberikan sesuatu untuk Islam sehingga tidak ada sesuatu pun yang tersisa darimu. Pada saat pisau siap untuk digunakan sebagai perintah dari Allah SWT, Allah SWT memanggil Ibrahim. Selesailah ujiannya, dan Allah SWT menggantikan Ismail dengan suatu korban yang besar.



Peristiwa tersebut kemudian diperingati sebagai hari raya oleh kaum Muslim, yaitu hari raya yang mengingatkan kepada mereka tentang Islam yang hakiki yang dibawa dan di amalkan oleh Nabi Ibrahim dan Ismail. Demikianlah kisah Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim meninggalkan anaknya dan kembali berdakwah di bumi Allah SWT. Nabi Ibrahim berhijrah dari tanah Kaldanin, tempat kelahirannya di Iraq, dan melalui Yordania dan tinggal di negeri Kan'an. Saat berdakwah, beliau tidak lupa bertanya tentang kisah Nabi Luth bersama kaumnya. Nabi Luth adalah orang yang pertama kali beriman kepadanya. Allah SWT telah memberinya pahala dan telah mengutusnya sebagai Nabi kepada kaum yang menentang kebenaran.



Nabi Ibrahim duduk di luar khemahnya dan memikirkan tentang anaknya Ismail, dan kisah mimpinya serta tentang tebusan dari Allah SWT berupa korban yang besar. Hatinya penuh dengan gelora cinta. Nabi Ibrahim tidak mampu menghitung pujian yang harus ditujukan kepada Tuhannya. Matanya berlinangan air mata sebagai bukti rasa terima kasih dan syukur kepada Allah SWT. Mulailah butiran-butiran air matanya bercucuran. Nabi Ibrahim mengingat Ismail dan mulai rindu kepadanya.



Dalam situasi seperti itu, turunlah malaikat (Jibril, Israfil, dan Mikail) ke bumi Jibril. Mereka berubah wujud menjadi manusia yang indah dan tampan. Mereka memegang misi dan tugas khusus. Mereka berjalan di depan Nabi Ibrahim dan menyampaikan berita gembira padanya, kemudian mereka akan mengunjungi kaum Nabi Luth dan memberikan hukum atas kejahatan kaumnya. Melihat wajah-wajah yang bersinar itu, Nabi Ibrahim tercengang dan mengangkat kepalanya. Nabi Ibrahim tidak mengenal mereka. Mereka mengawali ucapan salam. Dan Nabi Ibrahim membalas salam mereka. Nabi Ibrahim bangkit dari tempatnya dan menyambut mereka. Nabi Ibrahim mempersilakan mereka masuk ke dalam rumahnya. Nabi Ibrahim mengira bahawa mereka adalah tamu- tamu asing. Nabi Ibrahim mempersilakan mereka duduk, dan kemudian ia meminta izin kepada mereka untuk keluar dan menemui keluarganya. Sarah, isterinya, bangun ketika Nabi Ibrahim masuk menemuinya. Saat itu Sarah sudah mulai tua dan rambutnya mulai memutih.



Nabi Ibrahim berkata kepada isterinya: "Aku dikunjungi oleh tiga orang asing." isterinya bertanya: "Siapakah mereka?" Nabi Ibrahim menjawab: "Aku tidak mengenal mereka. Sungguh wajah mereka sangat aneh. Tak ragu lagi, mereka pasti datang dari tempat yang jauh, tetapi pakaian mereka tidak menunjukkan mereka berasal dari daerah yang jauh. Oh ya, apakah ada makanan yang dapat kita berikan kepada mereka?" Sarah berkata: "Separuh daging kambing." Nabi Ibrahim berkata: "Hanya separuh daging kambing. Kalau begitu, sembelihlah satu kambing yang gemuk. Mereka adalah tamu-tamu yang istimewa. Mereka tidak memiliki haiwan tunggangan atau makanan. Barangkali mereka lapar, atau barangkali mereka orang-orang yang tidak mampu."



Nabi Ibrahim memilih satu kambing besar dan memerintahkan untuk disembelih serta menyebut nama Allah SWT saat menyembelihnya. Kemudian disiapkanlah makanan. Setelah siap, Nabi Ibrahim memanggil tamu-tamunya untuk makan. isterinya membantu untuk melayani mereka dengan penuh kehormatan. Nabi Ibrahim mengisyaratkan untuk menyebut nama Allah SWT, kemudian Nabi Ibrahim mulai mengawali untuk memakan agar mereka juga mulai makan.



Nabi Ibrahim adalah orang yang sangat dermawan dan beliau mengetahui bahawa Allah SWT pasti membalas orang-orang yang dermawan. Barangkali di rumahnya tidak ada haiwan lain selain kambing itu, tetapi kerana kedermawanannya, beliau pun menghidangkan kambing itu untuk tamunya. Nabi Ibrahim memperhatikan sikap tamu-tamunya, namun tak seorang pun di antara tamunya yang menghulurkan tangan. Nabi Ibrahim mendekatkan makanan itu kepada mereka sambil berkata: "Mengapa kalian tidak makan?" Nabi Ibrahim kembali ke tempatnya sambil mencuri pandangan, tapi lagi-lagi mereka masih tidak memakannya. Saat itu Nabi Ibrahim merasakan ketakutan.



Dalam tradisi kaum Badui diyakini bahawa tamu yang tidak mahu makan hidangan yang disajikan oleh tuan rumah, maka ini bererti bahawa ia hendak berniat jelek pada tuan rumah. Nabi Ibrahim kembali berfikir dengan penuh kehairanan melihat sikap tamu-tamunya. Nabi Ibrahim kembali berfikir, bagaimana tamu-tamu itu secara mendadak menemuinya di mana ia tidak melihat mereka sebelumnya kecuali setelah mereka ada di hadapannya. Mereka tidak memiliki binatang tunggangan yang menghantarkan mereka. Mereka juga tidak membawa bekal perjalanan. Wajah-wajah mereka sangat aneh baginya. Mereka adalah para musafir, tetapi anehnya tidak ada bekas debu perjalanan. Kemudian Nabi Ibrahim mengajak mereka makan, lalu mereka duduk di atas meja makan tetapi mereka tidak makan sedikit pun. Bertambahlah ketakutan Nabi Ibrahim.



Beliau mengangkat pandangannya, lalu beliau mendapati isterinya Sarah berdiri di hujung kamar. Melalui pandangannya yang membisu, Nabi Ibrahim hendak mengatakan bahawa ia merasa takut terhadap tamu- tamunya, namun wanita itu tidak memahaminya. Nabi Ibrahim berfikir bahawa tamu-tamunya itu berjumlah tiga orang dan mereka tampak masih muda-muda sedangkan ia sudah tua. Para malaikat dapat membaca fikiran yang bergolak dalam diri Nabi Ibrahim. Salah seorang malaikat berkata padanya: "Janganlah engkau takut." Nabi Ibrahim mengangkat kepalanya dan dengan penuh kejujuran ia berkata: "Aku mengakui bahawa aku merasa takut. Aku telah mengajak kalian untuk makan dan telah menyambut kalian, tapi kalian tidak mahu memakannya. Apakah kalian mempunyai niat buruk kepadaku?" Salah seorang malaikat tersenyum dan berkata: "Kita tidak makan wahai Ibrahim, kerana kita adalah malaikat-malaikat Allah SWT dan kami telah diutus kepada kaum Luth."



Mendengar semua itu, isteri Nabi Ibrahim tertawa. Ia berdiri mengikuti dialog yang terjadi antara suaminya dan mereka. Salah seorang malaikat menoleh kepadanya dan memberinya khabar gembira tentang kelahiran Ishak. Allah SWT memberimu khabar gembira dengan kelahiran Ishak. Wanita tua itu dengan penuh kehairanan berkata:



"Sungguh menghairankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamiku pun dalam keadaan yang sangat tua pula?" (QS. Hud: 72)



Dan salah seorang malaikat kembali berkata kepadanya:



"Dan sesudah Ishak (lahir pula) Ya'qub." (QS. Hud: 71)



Engkau akan menyaksikan kelahiran cucumu. Bergolaklah berbagai perasaan dalam had Nabi Ibrahim dan isterinya. Suasana di kamar pun berubah dan hilanglah rasa takut dari Nabi Ibrahim. Kemudian hatinya dipenuhi dengan kegembiraan. isterinya yang mandul berdiri dalam keadaan gementar, kerana berita gembira yang dibawa oleh para malaikat itu cukup menggoncangkan jiwanya. Ia adalah wanita yang tua dan mandul dan suaminya juga laki-laki tua, maka bagaimana mungkin, padahal dia adalah wanita tua. Di tengah-tengah berita yang cukup menggoncangkan tersebut, Nabi Ibrahim bertanya:



"Apakah kamu memberi khabar gembira kepadaku padahal usiaku telah lanjut, maka dengan cara bagaimanakah (terlaksananya) berita gembira yang kamu khabarkan ini?" (QS. al-Hijr: 54)



Apakah beliau ingin mendengarkan khabar gembira untuk kedua kalinya, ataukah ia ingin agar hatinya menjadi tenang dan mendengar kedua kalinya kurnia dari Allah SWT padanya? Ataukah Nabi Ibrahim ingin menampakkan kegembiraannya kedua kalinya? Para malaikat menegaskan padanya bahawa mereka membawa berita gembira yang penuh dengan kebenaran.



"Mereka menjawab: 'Kami menyampaikan khabar gembira kepadamu dengan benar, maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang berputus asa.'" (QS. al-Hijr: 55)



"Ibrahim berkata: 'Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya,
kecuali orang-orang yang sesat.'" (QS. al-Hijr: 56)



Para malaikat tidak memahami perasaan kemanusiaannya, maka mereka melarangnya agar jangan sampai berputus asa. Nabi Ibrahim memahamkan mereka bahawa ia tidak berputus asa tetapi yang ditampakkannya hanya sekadar kegembiraan. Kemudian isteri Nabi Ibrahim turut bergabung dalam pembicaraan bersama mereka. la bertanya dengan penuh kehairanan: "Apakah aku akan melahirkan sementara aku adalah wanita yang sudah tua. Sungguh hal ini sangat menghairankan." Para malaikat menjawab:



"Para malaikat itu berkata: 'Apakah kamu merasa hairan tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai Ahlul bait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah.'" (QS. Hud: 73)



Berita gembira itu bukan sesuatu yang sederhana dalam kehidupan Nabi Ibrahim dan isterinya. Nabi Ibrahim tidak mempunyai anak kecuali Ismail di mana ia meninggalkannya di tempat yang jauh, di Jazirah Arab. isterinya Sarah selama puluhan tahun bersamanya dan tidak memberinya anak. Ia sendiri yang menikahkan Nabi Ibrahim dengan pembantunya, Hajar. Maka dari Hajar lahirlah Ismail, sedangkan Sarah tidak memiliki anak. Oleh kerana itu, Sarah memiliki kerinduan besar terhadap anak.



Para malaikat berkata padanya: "Sesungguhnya itu terjadi dengan kehendak Allah SWT. Demikianlah yang diinginkan-Nya kepadanya dan pada suaminya." Kemudian saat ia berusia senja, ia mendapatkan khabar gembira di mana ia akan melahirkan seorang anak, bukan anak biasa tetapi seorang anak yang cerdas. Bukan ini saja, para malaikat juga menyampaikan kepadanya bahawa anaknya akan mempunyai anak (cucunya) dan ia pun akan menyaksikannya. Wanita itu telah bersabar cukup lama kemudian ia memasuki usia senja dan lupa. Lalu datanglah balasan Allah SWT dengan tiba-tiba yang menghapus semua ini. Air matanya berlinang saat ia berdiri kerana saking gembiranya. Sementara itu Nabi Ibrahim as merasakan suatu perasaan yang menghairankan. Hatinya dipenuhi dengan kasih sayang dan kedekatan. Nabi Ibrahim mengetahui bahawa ia sekarang berada di hadapan suatu nikmat yang ia tidak mengetahui bagaimana harus mensyukurinya.



Nabi Ibrahim segera bersujud. Saat itu anaknya Ismail ada di sana namun ia jauh darinya sehingga tidak melihatnya. Ismail ada di sana atas perintah Allah SWT di mana Dia memerintahkannya untuk membawa anaknya bersama ibunya dan meninggalkan mereka di suatu lembah yang tidak memiliki tanaman dan air. Demikianlah perintah tersebut tanpa ada keterangan yang lain. Nabi Ibrahim melaksanakan perintah tersebut dengan tulus, dan beliau hanya berdakwah dan menyembah Allah SWT. Allah SWT memberinya khabar gembira saat beliau menginjak usia tua dengan kelahiran Ishak dari isterinya Sarah, dan setelah kelahirannya disusul dengan kelahiran Yakub. Nabi Ibrahim bangun dari sujudnya lalu pandangannya tertuju pada makanan. Ia merasa tidak mampu lagi melanjutkan makan kerana saking gembiranya. Ia memerintahkan pembantunya untuk mengangkat makanan, lalu beliau menoleh kepada para malaikat. Hilanglah rasa takut Nabi Ibrahim dan keresahannya menjadi tenang. Nabi Ibrahim mengetahui bahawa mereka diutus pada kaum Luth sedangkan Luth adalah anak saudaranya yang tinggal bersamanya di tempat kelahirannya.



Nabi Ibrahim mengetahui maksud pengutusan para malaikat pada Luth dan kaumnya. Ini bererti akan terjadi suatu hukuman yang mengerikan. Karakter Nabi Ibrahim yang penyayang dan lembut menjadikannya tidak mampu menahan kehancuran suatu kaum. Barangkali kaum Luth akan bertaubat dan masuk Islam serta menaati perintah rasul mereka. Nabi Ibrahim mulai mendebat para malaikat tentang kaum Luth. Nabi Ibrahim berbicara kepada mereka, bahawa boleh jadi mereka akan beriman dan keluar dari jalan penyimpangan. Namun para malaikat memahamkannya bahawa kaum Luth adalah orang-orang yang jahat, dan bahawa tugas mereka adalah mengirim batu-batuan yang panas dari sisi Tuhan bagi orang-orang yang melampaui batas.



Setelah para malaikat menutup pintu dialog itu, Nabi Ibrahim kembali berbicara kepada mereka tentang orang-orang mukmin dari kaum Luth. Ia bertanya kepada mereka: "Apakah kalian akan menghancurkan suatu desa yang di dalamnya terdapat tiga ratus orang mukmin?" Para malaikat menjawab: "Tidak." Nabi Ibrahim mulai mengurangi jumlah orang-orang mukmin dan ia bertanya lagi kepada mereka: "Apakah desa itu akan dihancurkan sementara masih ada sejumlah orang-orang mukmin ini." Para malaikat menjawab: "Kami lebih mengetahui orang-orang yang ada di dalamnya." Kemudian mereka memahamkannya bahawa perkara tersebut telah ditetapkan dan bahawa kehendak Allah SWT telah diputuskan untuk menghancurkan kaum Luth. Para malaikat memberi pengertian kepada Nabi Ibrahim agar beliau tidak terlibat lebih jauh dalam dialog itu kerana Allah SWT telah memutuskan perintah-Nya untuk mendatangkan azab yang tidak dapat ditolak, suatu azab yang tidak dapat dihindari dengan pertanyaan Nabi Ibrahim. Namun pertanyaan Nabi Ibrahim itu berangkat dari seorang Nabi yang sangat penyayang dan penyantun. Allah SWT berfirman:



"Dan sesungguhnya utusan-utusan kami (malaikat-malaikat) telah datang kepada Ibrahim dengan membawa khabar gembira, mereka mengucapkan: 'Salamun' (Selamatlah), maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang. Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka, dan merasa takut kepada mereka. Malaikat itu berkata: 'Janganlah kamu takut, sesungguhnya kami adalah (malaikat-malaikat) yang diutus kepada kaum Luth. Dan isterinya berdiri (di balik tirai) lalu dia tersenyum. Maka kami sampaikan kepadanya khabar gembira tentang (kelahiran) Ishak dan dari Ishak (akan lahir puteranya) Yakub. isterinya berkata: 'Sungguh menghairankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamiku pun dalam keadaan yang sudah tua pula? Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh.' Para malaikat itu berkata: 'Apakah kamu merasa hairan tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan- Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlul bait! Sesungguhnya Allah Maha Pemurah lagi Maha Terpuji.' Maka tatkala rasa takut itu hilang dari Ibrahim dan berita gembira telah datang kepadanya, dia pun bersoal jawab dengan (malaikat-malaikat) Kami tentang kaum Luth. Sesungguhnya Ibrahim itu benar-benar seorang yang penyantun lagi penghiba dan suka kembali kepada Allah. Hai Ibrahim, tinggalkanlah soal jawab ini sesungguhnya telah datang ketetapan Tuhanmu, dan sesungguhnya mereka itu akan didatangi azab yang tidak dapat ditolak." (QS. Hud: 69-76)