NABI IBRAHIM
AS ~ نبي ايبراهيم
Nabi Ibrahim adalah putera Aaazar (Tarih) bin Tahur bin
Saruj bin Rau' bin Falij bin Aaabir bin Syalih bin Arfakhsyad bin Saam bin Nuh
A.S. Ia dilahirkan di sebuah tempat bernama "Faddam A'ram" dalam
kerajaan "Babylon" yang pd waktu itu diperintah oleh seorang raja
bernama "Namrud bin Kan'aan."
Kerajaan Babylon pd masa itu termasuk kerajaan yang makmur rakyat
hidup senang, sejahtera dalam keadaan serba cukup sandang mahupun pandangan
serta saranan-saranan yang menjadi keperluan pertumbuhan jasmani mrk.Akan tetapi
tingkatan hidup rohani mrk masih berada di tingkat jahiliyah. Mrk tidak
mengenal Tuhan Pencipta mereka yang telah memberi karunia mereka dengan segala
kenikmatan dan kebahagiaan duniawi. Persembahan mrk adalah patung-patung yang
mereka pahat sendiri dari batu-batu atau terbuat dari lumpur dan tanah.
Raja mereka Namrud bin Kan'aan menjalankan tampuk pemerintahnya
dengan tangan besi dan kekuasaan mutlak.Semua kehendaknya harus terlaksana dan
segala perintahnya merupakan undang-undang yang tidak dpt dilanggar atau di
tawar. Kekuasaan yang besar yang berada di tangannya itu dan kemewahan hidup
yang berlebuh-lebihanyang ia nikmati lama-kelamaan menjadikan ia tidak puas
dengan kedudukannya sebagai raja. Ia merasakan dirinya patut disembah oleh
rakyatnya sebagai tuhan. Ia berfikir jika rakyatnya mahu dan rela menyembah
patung-patung yang terbina dari batu yang tidal dpt memberi manfaat dan
mendtgkan kebahagiaan bagi mrk, mengapa bukan dialah yang disembah sebagai
tuhan.Dia yang dpt berbicara, dapat mendengar, dpt berfikir, dpt memimpin mrk,
membawa kemakmuran bagi mrk dan melepaskan dari kesengsaraan dan kesusahan. Dia
yang dpt mengubah orang miskin menjadi kaya dan orang yang hina-dina
diangkatnya menjadi orang mulia. di samping itu semuanya, ia adalah raja yang
berkuasa dan memiliki negara yang besar dan luas.
Di tengah-tengah masyarakat yang sedemikian buruknya lahir dan
dibesarkanlah Nabi Ibrahim dari seorang ayah yang bekerja sebagai pemahat dan
pedagang patung. Ia sebagai calun Rasul dan pesuruh Allah yang akan membawa
pelita kebenaran kepada kaumnya,jauh-jauh telah diilhami akal sihat dan fikiran
tajam serta kesedaran bahwa apa yang telah diperbuat oleh kaumnya termasuk
ayahnya sendiri adalah perbuat yang sesat yang menandakan kebodohan dan
kecetekan fikiran dan bahwa persembahan kaumnya kepada patung-patung itu adalah
perbuatan mungkar yang harus dibanteras dan diperangi agar mrk kembali kepada
persembahan yang benar ialah persembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan
pencipta alam semesta ini.
Semasa remajanya Nabi Ibrahim sering disuruh ayahnya keliling kota
menjajakan patung-patung buatannya namun karena iman dan tauhid yang telah
diilhamkan oleh Tuhan kepadanya ia tidak bersemangat untuk menjajakan
barang-barang itu bahkan secara mengejek ia menawarkan patung -patung ayahnya
kepada calon pembeli dengan kata-kata:" Siapakah yang akan membeli
patung-patung yang tidak berguna ini? "
Nabi Ibrahim Ingin Melihat Bagaimana Makhluk Yang Sudah Mati
Dihidupkan Kembali Oleh Allah
Nabi Ibrahim yang sudah berketetapan hati hendak memerangi syirik
dan persembahan berhala yang berlaku dalam masyarakat kaumnya ingin lebih
dahulu mempertebalkan iman dan keyakinannya, menenteramkan
hatinya serta membersihkannya dari keragu-raguan yang mungkin
esekali mangganggu fikirannya dengan memohon kepada Allah agar diperlihatkan
kepadanya bagaimana Dia menghidupkan kembali makhluk-makhluk yang sudah
mati.Berserulah ia kepada Allah: " Ya Tuhanku! Tunjukkanlah kepadaku
bagaimana engkau menghidupkan makhluk-makhluk yang sudah mati."Allah
menjawab seruannya dengan berfirman:Tidakkah engkau beriman dan percaya kepada
kekuasaan-Ku? "Nabi Ibrahim menjawab:" Betul, wahai Tuhanku, aku
telah beriman dan percaya kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu, namun aku ingin
sekali melihat itu dengan mata kepala ku sendiri, agar aku mendapat
ketenteraman dan ketenangan dan hatiku dan agar makin menjadi tebal dan kukuh
keyakinanku kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu."
Allah memperkenankan permohonan Nabi Ibrahim lalu diperintahkanlah
ia menangkap empat ekor burung lalu setelah memperhatikan dan meneliti bahagian
tubuh-tubuh burung itu, memotongnya menjadi berkeping-keping mencampur-baurkan
kemudian tubuh burung yang sudak hancur-luluh dan bercampur-baur itu diletakkan
di atas puncak setiap bukit dari empat bukit yang letaknya berjauhan satu dari
yang lain.
Setelah dikerjakan apa yang telah diisyaratkan oleh Allah itu,
diperintahnyalah Nabi Ibrahim memanggil burung-burung yang sudah terkoyak-koyak
tubuhnya dan terpisah jauh tiap-tiap bahagian tubuh burung dari bahagian yang
lain.
Dengan izin Allah dan kuasa-Nya datanglah berterbangan enpat ekor
burung itu dalam keadaan utuh bernyawa seperti sedia kala begitu mendengar
seruan dan panggilan Nabi Ibrahim kepadanya lalu hinggaplah empat burung yang
hidup kembali itu di depannya, dilihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana
Allah YAng Maha Berkuasa dpt menghidupkan kembali makhluk-Nya yang sudah mati
sebagaimana Dia menciptakannya dari sesuatu yang tidak ada. Dan dengan demikian
tercapailah apa yang diinginkan oleh Nabi Ibrahim untuk mententeramkan hatinya
dan menghilangkan kemungkinan ada keraguan di dalam iman dan keyakinannya,
bahwa kekuasaan dan kehendak Allah tidak ada sesuatu pun di langit atau di bumi
yang dpt menghalangi atau menentangnya dan hanya kata "Kun" yang
difirmankan Oleh-Nya maka terjadilah akan apa yang dikenhendaki "
Fayakun".
Nabi Ibrahim Berdakwah Kepada Ayah Kandungnya
Aazar, ayah Nabi Ibrahim tidak terkecuali sebagaimana kaumnya yang
lain, bertuhan dan menyembah berhala bah ia adalah pedagang dari patung-patung
yang dibuat dan dipahatnya sendiri dan drpnya orang membeli patung-patung yang
dijadikan persembahan.
Nabi Ibrahim merasa bahwa kewajiban pertama yang harus ia lakukan
sebelum berdakwah kepada orang lain ialah menyedarkan ayah kandungnya dulu
orang yang terdekat kepadanya bahwa kepercayaan dan persembahannya kepada
berhala-berhala itu adalah perbuatan yang sesat dan bodoh.Beliau merasakan
bahawa kebaktian kepada ayahnya mewajibkannya memberi penerangan kepadanya agar
melepaskan kepercayaan yang sesat itu dan mengikutinya beriman kepada Allah
Yang Maha Kuasa.
Dengan sikap yang sopan dan adab yang patut ditunjukkan oleh
seorang anak terhadap orang tuanya dan dengan kata-kata yang halus ia dtg
kepada ayahnya menyampaikan bahwa ia diutuskan oleh Allah sebagai nabi dan
rasul dan bahawa ia telah diilhamkan dengan pengetahuan dan ilmu yang tidak
dimiliki oleh ayahnya. Ia bertanya kepada ayahnya dengan lemah lembut gerangan
apakah yang mendorongnya untuk menyembah berhala seperti lain-lain kaumnya
padahal ia mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak berguna sedikit pun tidak
dpt mendtgkan keuntungan bagi penyembahnya atau mencegah kerugian atau musibah.
Diterangkan pula kepada ayahnya bahwa penyembahan kepada berhala-berhala itu
adalah semata-mata ajaran syaitan yang memang menjadi musuh kepada manusia
sejak Adam diturunkan ke bumi lagi. Ia berseru kepada ayahnya agar merenungkan
dan memikirkan nasihat dan ajakannya berpaling dari berhala-berhala dan kembali
menyembah kepada Allah yang menciptakan manusia dan semua makhluk yang
dihidupkan memberi mrk rezeki dan kenikmatan hidup serta menguasakan bumi
dengan segala isinya kepada manusia.
Aazar menjadi merah mukanya dan melotot matanya mendengar
kata-kata seruan puteranya Nabi Ibrahim yyang ditanggapinya sebagai dosa dan
hal yang kurang patut bahwa puteranya telah berani mengecam dan menghina
kepercayaan ayahnya bahkan mengajakkannya untuk meninggalkan kepercayaan itu
dan menganut kepercayaan dan agama yang ia bawa. Ia tidak menyembunyikan murka
dan marahnya tetapi dinyatakannya dalam kata-kata yang kasar dan dalam maki
hamun seakan-akan tidak ada hunbungan diantara mereka. IA berkata kepada Nabi
Ibrahim dengan nada gusar: " Hai Ibrahim! Berpalingkah engkau dari
kepercayaan dan persembahanku ? Dan kepercayaan apakah yang engkau berikan
kepadaku yang menganjurkan agar aku mengikutinya? Janganlah engkau
membangkitkan amarahku dan cuba mendurhakaiku.Jika engkau tidak menghentikan
penyelewenganmu dari agama ayahmu tidak engkau hentikan usahamu mengecam dan
memburuk-burukkan persembahanku, maka keluarlah engkau dari rumahku ini. Aku
tidak sudi bercampur denganmu didalam suatu rumah di bawah suatu atap. Pergilah
engkau dari mukaku sebelum aku menimpamu dengan batu dan mencelakakan
engkau."
Nabi Ibrahim menerima kemarahan ayahnya, pengusirannya dan
kata-kata kasarnya dengan sikap tenang, normal selaku anak terhadap ayah seray
berkaat: " Oh ayahku! Semoga engkau selamat, aku akan tetap memohonkan
ampun bagimu dari Allah dan akan tinggalkan kamu dengan persembahan selain
kepada Allah. Mudah-mudahan aku tidak menjadi orang yang celaka dan malang
dengan doaku utkmu." Lalu keluarlah Nabi Ibrahim meninggalkan rumah
ayahnya dalam keadaan sedih dan prihati karena tidak berhasil mengangkatkan
ayahnya dari lembah syirik dan kufur.
Nabi Ibrahim Menghancurkan Berhala-berhala
Kegagalan Nabi Ibrahim dalam usahanya menyedarkan ayahnya yang
tersesat itu sangat menusuk hatinya karena ia sebagai putera yang baik ingin
sekali melihat ayahnya berada dalam jalan yang benar terangkat dari lembah
kesesatan dan syirik namun ia sedar bahwa hidayah itu adalah di tangan Allah
dan bagaimana pun ia ingin dengan sepenuh hatinya agar ayahnya mendpt hidayah
,bila belum dikehendaki oleh Allah maka sia-sialah keinginan dan usahanya.
Penolakan ayahnya terhadap dakwahnya dengan cara yang kasar dan
kejam itu tidak sedikit pun mempengaruhi ketetapan hatinya dan melemahkan
semangatnya untuk berjalan terus memberi penerangan kepada kaumnya untuk
menyapu bersih persembahan-persembahan yang bathil dan kepercayaan-kepercayaan
yang bertentangan dengan tauhid dan iman kepada Allah dan Rasul-Nya
Nabi Ibrahim tidak henti-henti dalam setiap kesempatan mengajak
kaumnya berdialog dan bermujadalah tentang kepercayaan yang mrk anut dan ajaran
yang ia bawa. Dan ternyata bahwa bila mrk sudah tidak berdaya menilak dan
menyanggah alasan-alasan dan dalil-dalil yang dikemukakan oleh Nabi Ibrahim
tentang kebenaran ajarannya dan kebathilan kepercayaan mrk maka dalil dan
alasan yang usanglah yang mrk kemukakan iaitu bahwa mrk hanya meneruskan apa
yang oleh bapa-bapa dan nenek moyang mrk dilakukan dan sesekali mrk tidak akan
melepaskan kepercayaan dan agama yang telah mereka warisi.
Nabi Ibrahim pada akhirnya merasa tidak bermanfaat lagi berdebat
dan bermujadalah dengan kaumnya yang berkepala batu dan yang tidak mahu
menerima keterangan dan bukti-bukti nyata yang dikemukakan oleh beliau dan
selalu berpegang pada satu-satunya alasan bahwa mrk tidak akan menyimpang dari
cara persembahan nenek moyang mrk, walaupun oleh Nabi Ibrahim dinyatakan
berkali-kali bahwa mrk dan bapa-bapa mrk keliru dan tersesat mengikuti jejak
syaitan dan iblis.
Nabi Ibrahim kemudian merancang akan membuktikan kepada kaumnya
dengan perbuatan yang nyata yang dapat mrk lihat dengan mata kepala mrk sendiri
bahwa berhala-berhala dan patung-patung mrk betul-betul tidak berguna bagi mrk
dan bahkan tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri.
Adalah sudah menjadi tradisi dan kebiasaan penduduk kerajaan
Babylon bahwa setiap tahun mrk keluar kota beramai-ramai pd suatu hari raya
yang mrk anggap sebagai keramat. Berhari-hari mrk tinggal di luar kota di suatu
padang terbuka, berkhemah dengan membawa bekalan makanan dan minuman yang
cukup. Mrk bersuka ria dan bersenang-senang sambil meninggalkan kota-kota mrk
kosong dan sunyi. Mrk berseru dan mengajak semua penduduk agar keluar
meninggalkan rumah dan turut beramai -ramai menghormati hari-hari suci itu.
Nabi Ibrahim yang juga turut diajak turut serta berlagak berpura-pura sakit dan
diizinkanlah ia tinggal di rumah apalagi mrk merasa khuatir bahwa penyakit Nabi
Ibrahim yang dibuat-buat itu akan menular dan menjalar di kalangan mrk bila ia
turut serta.
" Inilah dia kesempatan yang ku nantikan," kata hati
Nabi Ibrahim tatkala melihat kota sudah kosong dari penduduknya, sunyi senyap
tidak terdengar kecuali suara burung-burung yang berkicau, suara daun-daun
pohon yang gemerisik ditiup angin kencang. Dengan membawa sebuah kapak
ditangannya ia pergi menuju tempat beribadatan kaumnya yang sudah ditinggalkan
tanpa penjaga, tanpa juru kunci dan hanya deretan patung-patung yang terlihat
diserambi tempat peribadatan itu. Sambil menunjuk kepada semahan bunga-bunga
dan makanan yang berada di setiap kaki patung berkata Nabi Ibrahim,
mengejek:" Mengapa kamu tidak makan makanan yang lazat yang disaljikan
bagi kamu ini? Jawablah aku dan berkata-katalah kamu."Kemudian disepak,
ditamparlah patung-patung itu dan dihancurkannya berpotong-potong dengan kapak
yang berada di tangannya. Patung yang besar ditinggalkannya utuh, tidak
diganggu yang pada lehernya dikalungkanlah kapak Nabi Ibrahim itu.
Terperanjat dan terkejutlah para penduduk, tatkala pulang dari
berpesta ria di luar kota dan melihat keadaan patung-patung, tuhan-tuhan mrk
hancur berantakan dan menjadi potongan-potongan terserak-serak di atas lantai.
Bertanyalah satu kepada yang lain dengan nada hairan dan takjub: "Gerangan
siapakah yang telah berani melakukan perbuatan yang jahat dan keji ini terhadap
tuhan-tuhan persembahan mrk ini?" Berkata salah seorang diantara
mrk:" Ada kemungkinan bahwa orang yang selalu mengolok-olok dan mengejek
persembahan kami yang bernama Ibrahim itulah yang melakukan perbuatan yang
berani ini." Seorang yang lain menambah keterangan dengan berkata:"
Bahkan dialah yang pasti berbuat, karena ia adalah satu-satunya orang yang
tinggal di kota sewaktu kami semua berada di luar merayakan hari suci dan
keramat itu." Selidik punya selidik, akhirnya terdpt kepastian yyang tidak
diragukan lagi bahwa Ibrahimlah yang merusakkan dan memusnahkan patung-patung
itu. Rakyat kota beramai-ramai membicarakan kejadian yang dianggap suatu
kejadian atau penghinaan yang tidak dpt diampuni terhadap kepercayaan dan
persembahan mrk. Suara marah, jengkel dan kutukan terdengar dari segala
penjuru, yang menuntut agar si pelaku diminta bertanggungjawab dalam suatu
pengadilan terbuka, di mana seluruh rakyat penduduk kota dapat turut serta
menyaksikannya.
Dan memang itulah yang diharapkan oleh Nabi Ibrahim agar
pengadilannya dilakukan secara terbuka di mana semua warga masyarakat dapat
turut menyaksikannya. Karena dengan cara demikian beliau dapat secara
terselubung berdakwah menyerang kepercayaan mrk yang bathil dan sesat itu,
seraya menerangkan kebenaran agama dan kepercayaan yang ia bawa, kalau diantara
yang hadir ada yang masih boleh diharapkan terbuka hatinya bagi iman dari
tauhid yang ia ajarkan dan dakwahkan.
Hari pengadilan ditentukan dan datang rakyat dari segala pelosok
berduyung-duyung mengujungi padang terbuka yang disediakan bagi sidang
pengadilan itu.
Ketika Nabi Ibrahim datang menghadap para hakim yang akan
mengadili ia disambut oleh para hadirin dengan teriakan kutukan dan cercaan,
menandakan sangat gusarnya para penyembah berhala terhadap beliau yang telah
berani menghancurkan persembahan mrk.
Ditanyalah Nabi Ibrahim oleh para hakim:" Apakah engkau yang
melakukan penghancuran dan merusakkan tuhan-tuhan kami?" Dengan tenang dan
sikap dingin, Nabi Ibrahim menjawab:
" Patung besar yang berkalungkan kapak di lehernya itulah
yang melakukannya. Cuba tanya saja kepada patung-patung itu siapakah yang
menghancurkannya."
Para hakim penanya terdiam sejenak seraya melihat yang satu kepada
yang lain dan berbisik-bisik, seakan-akan Ibrahim yang mengandungi ejekan itu.
Kemudian berkata si hakim:" Engkaukan tahu bahwa patung-patung itu tidak
dapat bercakap dan berkata mengapa engkau minta kami bertanya kepadanya?"
Tibalah waktunya yang memang dinantikan oleh Nabi Ibrahim, maka sebagai jawapan
atas pertanyaan yang terakhir itu beliau berpidato membentangkan kebathilan
persembahan mrk,yang mrk pertahankan mati-matian, semata-mata hanya karena adat
itu adalah warisan nenek-moyang. Berkata Nabi Ibrahim kepada para hakim
itu:" Jika demikian halnya, mengapa kamu sembah patung-patung itu, yang
tidak dapat berkata, tidak dapat melihat dan tidak dapat mendengar, tidak dapat
membawa manfaat atau menolak mudharat, bahkan tidak dapat menolong dirinya dari
kehancuran dan kebinasaan? Alangkah bodohnya kamu dengan kepercayaan dan
persembahan kamu itu! Tidakkah dapat kamu berfikir dengan akal yang sihat bahwa
persembahan kamu adalah perbuatan yang keliru yang hanya difahami oleh syaitan.
Mengapa kamu tidak menyembah Tuhan yang menciptakan kamu, menciptakan alam
sekeliling kamu dan menguasakan kamu di atas bumi dengan segala isi dan
kekayaan. Alangkah hina dinanya kamu dengan persembahan kamu itu."
Setelah selesai Nabi Ibrahim menguraikan pidatonya iut, para hakim
mencetuskan keputusan bahawa Nabi Ibrahim harus dibakar hidup-hidup sebagai
ganjaran atas perbuatannya menghina dan menghancurkan tuhan-tuhan mrk, maka
berserulah para hakim kepada rakyat yang hadir menyaksikan pengadilan
itu:" Bakarlah ia dan belalah tuhan-tuhanmu , jika kamu benar-benar setia
kepadanya."
Nabi Ibrahim Dibakar Hidup-hidup
Keputusan mahkamah telah dijatuhakan.Nabi Ibrahim harus dihukum
dengan membakar hidup-hidup dalam api yang besar sebesar dosa yang telah
dilakukan. Persiapan bagi upacara pembakaran yang akan disaksikan oleh seluruh
rakyat sedang diaturkan. Tanah lapang bagi tempat pembakaran disediakan dan
diadakan pengumpulan kayu bakar dengan banyaknya dimana tiap penduduk secara
gotong-royong harus mengambil bahagian membawa kayu bakar sebanyak yang ia
dapat sebagai tanda bakti kepada tuhan-tuhan persembahan mrk yang telah
dihancurkan oleh Nabi Ibrahim.
Berduyun-duyunlah para penduduk dari segala penjuru kota membawa
kayu bakar sebagai sumbangan dan tanda bakti kepada tuhan mrk. Di antara terdapat
para wanita yang hamil dan orang yang sakit yang membawa sumbangan kayu
bakarnya dengan harapan memperolehi barakah dari tuhan-tuhan mereka dengan
menyembuhkan penyakit mereka atau melindungi yang hamil di kala ia bersalin.
Setelah terkumpul kayu bakar di lanpangan yang disediakan untuk
upacara pembakaran dan tertumpuk serta tersusun laksan sebuah bukit,
berduyun-duyunlah orang datang untuk menyaksikan pelaksanaan hukuman atas diri
Nabi Ibrahim. Kayu lalu dibakar dan terbentuklah gunung berapi yang dahsyat
yang sedang berterbangan di atasnya berjatuhan terbakar oleh panasnya wap yang
ditimbulkan oleh api yang menggunung itu. Kemudian dalam keadaan terbelenggu,
Nabi Ibrahim didtgkan dan dari atas sebuah gedung yang tinggi dilemparkanlah ia
kedalam tumpukan kayu yang menyala-nyala itu dengan iringan firman Allah:"
Hai api, menjadilah engkau dingin dan keselamatan bagi Ibrahim."
Sejak keputusan hukuman dijatuhkan sampai saat ia dilemparkan ke
dalam bukit api yang menyala-nyala itu, Nabi Ibrahim tetap menunjukkan sikap
tenang dan tawakkal karena iman dan keyakinannya bahwa Allah tidak akan rela
melepaskan hamba pesuruhnya menjadi makanan api dan kurban keganasan
orang-orang kafir musuh Allah. Dan memang demikianlah apa yang terjadi tatkala
ia berada dalam perut bukit api yang dahsyat itu ia merasa dingin sesuai dengan
seruan Allah Pelindungnya dan hanya tali temali dan rantai yang mengikat tangan
dan kakinya yang terbakar hangus, sedang tubuh dan pakaian yang terlekat pada
tubuhnya tetap utuh, tidak sedikit pun tersentuh oleh api, hal mana merupakan
suatu mukjizat yang diberikan oleh Allah kepada hamba pilihannya, Nabi Ibrahim,
agar dapat melanjutkan penyampaian risalah yang ditugaskan kepadanya kepada
hamba-hamba Allah yang tersesat itu.
Para penonton upacara pembakaran hairan tercenggang tatkala
melihat Nabi Ibrahim keluar dari bukit api yang sudah padam dan menjadi abu itu
dalam keadaan selamat, utuh dengan pakaiannya yang tetap berda seperti biasa,
tidak ada tanda-tanda sentuhan api sedikit jua pun. Mereka bersurai
meninggalkan lapangan dalam keadaan hairan seraya bertanya-tanya pada diri
sendiri dan di antara satu sama lain bagaimana hal yang ajaib itu berlaku,
padahal menurut anggapan mereka dosa Nabi Ibrahim sudah nyata mendurhakai
tuhan-tuhan yang mereka puja dan sembah.Ada sebahagian drp mrk yang dalam hati
kecilnya mulai meragui kebenaran agama mrk namun tidak berani melahirkan rasa
ragu-ragunya itu kepada orang lain, sedang para pemuka dan para pemimpin mrk
merasa kecewa dan malu, karena hukuman yang mrk jatuhkan ke atas diri Nabi
Ibrahim dan kesibukan rakyat mengumpulkan kayu bakar selama berminggu-minggu
telah berakhir dengan kegagalan, sehingga mrk merasa malu kepada Nabi Ibrahim
dan para pengikutnya.
Mukjizat yang diberikan oleh Allah s.w.t. kepada Nabi Ibrahim
sebagai bukti nyata akan kebenaran dakwahnya, telah menimbulkan kegoncangan
dalam kepercayaan sebahagian penduduk terhadap persembahan dan patung-patung
mrk dan membuka mata hati banyak drp mrk untuk memikirkan kembali ajakan Nabi
Ibrahim dan dakwahnya, bahkan tidak kurang drp mrk yang ingin menyatakan
imannya kepada Nabi Ibrahim, namun khuatir akan mendapat kesukaran dalam
penghidupannya akibat kemarahan dan balas dendam para pemuka dan para
pembesarnya yang mungkin akan menjadi hilang akal bila merasakan bahwa
pengaruhnya telah bealih ke pihak Nabi Ibrahim.
Sumber:
Sambungan Kisah Nabi Ibrahim…..
"Mereka hendak berbuat makar terhadap
Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling rugi."
(QS. al-Anbiya': 70)
Al-Quran tidak menceritakan kepada kita tentang
usia Nabi Ibrahim saat menghancurkan berhala-berhala kaumnya. Al-Quran juga
tidak menceritakan berapa usia beliau saat memikul tanggung jawab dakwah dan
menyeru di jalan Allah SWT. Melalui pelacakan nas-nas dapat diketahui bahawa
Nabi Ibrahim saat itu masih muda belia, ketika melakukan peristiwa besar itu.
Bukti hal itu adalah, ketika para kaumnya mendengar penghancuran berhala,
mereka berkata:
"Mereka berkata: "Kami mendengar ada
seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim."
(QS. al-Anbiya': 60)
Injil Barnabas menceritakan bahawa Nabi Ibrahim
menghancurkan patung-patung sebelum Allah SWT mewajibkannya berdakwah. Injil
Barnabas mengatakan pada pasal ke 29 bahawa Nabi Ibrahim mendengar suatu suara
yang memanggil-manggilnya. Nabi Ibrahim bertanya: "Siapa yang
memanggilku?" Ketika itu Nabi Ibrahim mendengar suara yang berkata:
"Aku adalah malaikat Jibril. Nabi Ibrahim menjadi takut, tetapi malaikat
itu segera menenangkannya sambil berkata: "Jangan takut, hai Ibrahim
kerana engkau adalah kekasih Allah SWT, dan ketika engkau menghancurkan
tuhan-tuhan sembahan manusia, Allah SWT memilihmu sebagai pemimpin para
malaikat dan para nabi." Kemudian - masih kata Injil Barnabas: "Nabi
Ibrahim bertanya apa yang harus dilakukan untuk menyembah tuhan para malaikat
dan para nabi?" Jibril menjawab: "bahawa hendaklah beliau pergi ke
sumber ini dan mandi, agar dapat mendaki gunung sehingga Allah SWT berbicara
dengannya."
Kemudian Nabi Ibrahim mendaki gunung, lalu Allah
SWT menyerunya. Nabi Ibrahim menjawab: "Siapa yang memanggilku?"
Allah SWT berkata: "Aku adalah Tuhanmu, hai Ibrahim." Nabi Ibrahim
gementar ketakutan dan sujud di atas bumi dan beliau berkata: "Wahai
Tuhanku, bagaimana hamba-Mu mendengar seruan-Mu sementara ia adalah tanah dan
abu." Di sanalah Allah SWT memerintahkannya agar beliau bangkit kerana
Allah SWT telah memilihnya sebagai hamba-Nya dan Dia telah memberkatinya dan
orang-orang yang mengikutinya.
Riwayat tersebut menentukan waktu pemilihan Nabi
Ibrahim dan waktu pengangkatannya sewaktu beliau menghancurkan berhala dan
penyembahan manusia. Demikianlah yang diceritakan oleh Al-Quran al- Karim dalam
firman-Nya:
"Ketika Tuhannya berfirman kepadanya:
Tunduk patuhlah!' Ibrahim menjawab: 'Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta
alam." (QS. al- Baqarah: 131)
Alhasil, masa pemilihan Allah SWT terhadap Nabi
Ibrahim tidak ditentukan dalam Al-Quran, sehingga kita tidak dapat memberikan
satu jawapan pasti tentang hal itu, tapi yang mampu kita utarakan adalah,
bahawa Nabi Ibrahim mampu membuat argumen yang cukup jelas untuk menghancurkan
argumen para penyembah berhala. Sebagaimana beliau mampu sebelumnya
menghancurkan argumen para penyembah bintang, sehingga hanya tersisa satu
argumen yang harus disampaikan kepada para penguasa dan para raja. Dengan demikian,
orang-orang kafir telah mendapatkan seluruh argumen kebenaran.
Nabi Ibrahim pun akhirnya terlibat adu
argumentasi dengan raja yang menyangka bahawa dirinya adalah tuhan kaumnya.
Raja itu menyuruh mereka untuk menyembahnya. Dalam rangka menjaga kepentingannya,
boleh jadi memang ia menyangka bahawa dirinya tuhan. kerana Allah SWT telah
memberikannya suatu kerajaan yang besar, ia lupa bahawa ia hanya manusia biasa.
Kita tidak mengetahui, apakah ia seorang raja atas kaum Nabi Ibrahim lalu ia
mendengar kisah mukjizatnya kemudian ia memanggilnya untuk berdebat dengan
beliau, atau mungkin ia raja dari daerah lain. Tapi yang kita ketahui bahawa
pertemuan di antara keduanya menyebabkan jatuhnya argumen-argumen orang kafir.
Allah SWT menceritakan hal tersebut dengan firman-Nya:
"Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang
mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) kerana Allah telah memberikan kepada
orang itu pemerintahan (kekuasaan). Ketika Ibrahim mengatakan: 'Tuhanku ialah
Yang menghidupkan dan mematikan.' Orang itu berkata: 'Saya dapat menghidupkan
dan mematikan.' Ibrahim berkata: 'Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari
timur, maka terbitkanlah dia dari barat,' lalu hairan terdiamlah orang kafir
itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim. "
(QS. al-Baqarah: 258)
Allah SWT sengaja tidak menyebut nama raja itu
kerana dianggap tidak penting, sebagaimana Al-Quran juga tidak menyebut dialog
panjang yang terjadi antara Nabi Ibrahim dan dia. Barangkali raja itu berkata
kepada Nabi Ibrahim: "Aku mendengar bahawa Anda mengajak manusia untuk
menyembah Tuhan yang baru dan meninggalkan tuhan yang lama." Nabi Ibrahim
menjawab: "Tiada Tuhan lain selain Allah Yang Maha Esa." Si Raja
berkata: "Apa yang dilakukan oleh tuhanmu yang tidak dapat aku
lakukan?" Raja yang terkena penyakit sombong dan bangga diri itu adalah
raja yang tidak tahu diri. Penghormatan manusia dan ketertundukkan manusia
kepadanya itu justru meningkatkan kesombongannya. Nabi Ibrahim mendengar apa
yang dikatakan oleh si raja. Nabi Ibrahim mengetahui segala sesuatunya. Nabi
Ibrahim berkata dengan lembut:
"Tuhanku adalah yang mampu menghidupkan dan
mematikan." (QS. al-Baqarah: 258)
Si raja membalas:
"Aku pun menghidupkan dan mematikan."
(QS. al-Baqarah: 258)
Nabi Ibrahim tidak bertanya bagaimana si raja
menghidupkan dan mematikan. Nabi Ibrahim tahu bahawa sebenarnya ia berbohong.
Raja berkata: "Aku mampu menghadirkan seseorang yang sedang berjalan lalu
aku membunuhnya, dan pada kesempatan yang lain aku mampu memaafkan orang yang
sudah dipastikan untuk dihukum gantung lalu aku menyelamatkannya dari kematian.
Dengan demikian, aku mampu memberi kehidupan dan kematian."
Mendengar kebodohannya itu, Nabi Ibrahim tertawa
dan pada saat yang sama beliau merasakan kesedihan. Tetapi Nabi Ibrahim ingin
mematahkan argumen raja itu yang mengatakan bahawa ia mampu menghidupkan dan
mematikan, padahal sebenarnya ia tidak mampu. Nabi Ibrahim berkata:
"Sesungguhnya Allah mampu mendatangkan
matahari dari timur, maka kalau engkau mampu datangkanlah ia dari barat. "
(QS. al- Baqarah: 258)
Mendengar tentangan Nabi Ibrahim itu, raja
menjadi terpaku dan terdiam ia merasa tidak mampu. la tidak mampu berkata-kata
lagi. Nabi Ibrahim berkata kepada raja bahawa Allah SWT mampu mendatangkan
matahari dari timur, apakah ia mampu mendatangkan matahari dari barat. Tentu
raja tidak mampu mendatangkannya. Alam mempunyai aturan dan undang-undang yang
diatur dan diciptakan oleh Allah SWT di mana tiada makhluk yang lain yang mampu
mengubahnya. Jika raja mengaku bahawa ia benar-benar tuhan, maka tentu ia dapat
mengubah hukum alam tersebut. Saat itu si raja merasa tidak mampu memenuhi
tentangan itu. Ia justru membisu. Ia tidak mengetahui apa yang harus
dikatakannya dan apa yang harus dilakukannya. Setelah orang-orang kafir diam
membisu, Nabi Ibrahim meninggalkan istana raja. Kemudian kebenaran Nabi Ibrahim
tersebar di segala penjuru negeri. Manusia mulai ramai-ramai membicarakan
mukjizatnya dan keselamatannya dari api. Manusia menyinggung bagaimana sikap
raja ketika mendengar tentangan Nabi Ibrahim, dan bagaimana si raja menjadi
membisu dan tidak mengetahui apa yang harus dikatakannya.
Nabi Ibrahim tetap melanjutkan dakwahnya di
jalan Allah SWT. Nabi Ibrahim mencurahkan tenaga dan upayanya untuk membimbing
kaumnya. Nabi Ibrahim berusaha menyedarkan mereka dengan berbagai cara.
Meskipun beliau sangat cinta dan menyayangi mereka, mereka malah justru marah
kepadanya dan malah mengusirnya. Dan tiada yang beriman bersamanya kecuali
seorang perempuan dan seorang lelaki. Perempuan itu bernama Sarah yang kemudian
menjadi isterinya sedangkan laki-laki itu adalah Luth yang kemudian menjadi
nabi setelahnya.
Ketika Nabi Ibrahim mengetahui bahawa tidak
seorang pun beriman selain kedua orang tersebut, ia menetapkan untuk berhijrah.
Sebelum beliau berhijrah, ia mengajak ayahnya beriman. Kemudian Nabi Ibrahim
mengetahui bahawa ayahnya adalah musuh Allah SWT dan dia tidak akan beriman.
Nabi Ibrahim pun berlepas diri darinya dan memutuskan hubungan dengannya.
Untuk kedua kalinya dalam kisah para nabi kita
mendapati hal yang mengagetkan. Dalam kisah Nabi Nuh kita menemukan bahawa si
ayah seorang nabi dan si anak seorang kafir, sedangkan dalam kisah Nabi Ibrahim
justru sebaliknya: si ayah yang menjadi kafir dan si anak yang menjadi nabi.
Dalam kedua kisah tersebut kita mengetahui bahawa seorang mukmin berlepas diri
dari musuh Allah SWT, meskipun dia adalah anaknya dan ayahnya.
Melalui kisah tersebut, Allah SWT memberitahukan
kepada kita bahawa hubungan satu-satunya yang harus dipelihara dan harus
diperhatikan di antara hubungan-hubungan kemanusiaan adalah hubungan keimanan,
bukan hanya hubungan darah. Allah SWT berflrman dalam surah at- Taubah:
"Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada
Allah) untuk bapaknya, tidak lain hanyalah kerana suatu janji yang telah
diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka tatkala jelas bagi Ibrahim bahawa
bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri darinya.
Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun. "
(QS. at-Taubah: 114)
Nabi Ibrahim keluar meninggalkan negerinya dan
memulai petualangannya dalam hijrah. Nabi Ibrahim pergi ke kota yang bernama
Aur dan ke kota yang lain bernama Haran, kemudian beliau pergi ke Palestina
bersama isterinya, satu-satunya wanita yang beriman kepadanya. Beliau juga
disertai Luth, satu-satunya lelaki yang beriman kepadanya. Allah SWT berfirman:
"Maka Luth membenarkan (kenabian)nya. Dan
berkatalah Ibrahim: 'Sesungguhnya aku akan berpindah ke (tempat yang
diperintahkan) Tuhanku (kepadaku); sesungguhnya Dialah yang Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana.'" (QS. al-Ankabut: 26)
Setelah ke Palestin, Nabi Ibrahim pergi ke
Mesir. Selama perjalanan ini Nabi Ibrahim mengajak manusia untuk menyembah
Allah SWT, bahkan beliau berjuang dalam hal itu denqan gigih. Beliau mengabdi
dan membantu orang-orang yang tidak mampu dan orang-orang yang lemah. Beliau
menegakkan keadilan di tengah-tengah manusia dan menunjukkan kepada mereka
jalan yang benar.
isteri Nabi Ibrahim, Sarah, tidak melahirkan, lalu
raja Mesir memberikan seorang pembantu dari Mesir yang dapat membantunya. Nabi
Ibrahim telah menjadi tua dan rambutnya memutih di mana beliau menggunakan
usianya hanya untuk berdakwah di jalan Allah SWT. Sarah berfikir bahawa ia dan
Nabi Ibrahim tidak akan mempunyai anak, lalu ia berfikir bagaimana seandainya
wanita yang membatunya itu dapat menjadi isteri kedua dari suaminya. Wanita
Mesir itu bernama Hajar. Akhirnya, Sarah menikah-kan Nabi Ibrahim dengan Hajar,
kemudian Hajar melahirkan anaknya yang pertama yang dinamakan oleh ayahnya
dengan nama Ismail. Nabi Ibrahim saat itu menginjak usia yang sangat tua ketika
Hajar melahirkan anak pertamanya, Ismail.
Nabi Ibrahim hidup di bumi Allah SWT dengan
selalu menyembah-Nya, bertasbih, dan menyucikan-Nya. Kita tidak mengetahui,
berapa jauh jarak yang ditempuh Nabi Ibrahim dalam perjalanannya. Beliau adalah
seorang musafir di jalan Allah SWT. Seorang musafir di jalan Allah SWT
menyedari bahawa hari-hari di muka bumi sangat cepat berlalu, kemudian di
tiupkan sangkakala lalu terjadilah hari kiamat dan kemudian hari kebangkitan.
Pada suatu hari, had Nabi Ibrahim dipenuhi rasa
kedamaian, cinta, dan keyakinan. Beliau ingin melihat kebesaran Allah SWT, Sang
Pencipta. Beliau ingin melihat hari kiamat sebelum terjadinya. Allah SWT
menceritakan sikapnya itu dalam firman-Nya:
"Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata: 'Ya
Tuhanku, perlihatkanlah padaku bagaimana engkau menghidupkan arang yang mati.
'Allah berfirman: 'Belum yakinkah kamu?' Ibrahim menjawab: 'Aku telah meyakininya,
akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku).'" (QS. al-Baqarah:
260)
Hasrat Nabi Ibrahim terhadap hal tersebut
dipengaruhi oleh keimanan yang luar biasa; keimanan yang dipenuhi cinta kepada
Allah SWT.
Allah SWT berfirman:
"(Kalau demikian), ambillah empat ekor
burung lalu cincanglah semuanya. Allah berfirman: 'Lalu letakkanlah di atas
bahagian- bahagian itu, kemudian panggillah mereka, nescaya mereka datang
kepadamu dengan segera," dan ketahuilah bahawa Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana." (QS. al-Baqarah: 260)
Nabi Ibrahim melakukan apa saja yang
diperintahkan oleh Allah SWT. Beliau menyembelih empat ekor burung lalu
memisah-misahkan bahagiannya di atas gunung, kemudian ia memanggilnya dengan
nama Allah SWT. Tiba-tiba bulu-bulu dan burung itu bangkit dan bergabung dengan
sayap-sayapnya, kemudian dada dari burung itu mencari kepalanya. Akhirnya,
bahagian-bahagian burung yang terpisah kembali bergabung. Burung itu pun
kembali mendapatkan kehidupan lalu burung itu terbang dengan cepat dan kembali
ke pangkuan Nabi Ibrahim.
Para ahli tafsir meyakini bahawa eksperimen ini
berangkat dari kehausan ilmu yang ada pada Nabi Ibrahim, dan sebahagian lagi
mengatakan bahawa beliau ingin melihat kebesaran Allah SWT saat menciptakan
makhluk-Nya. Beliau memang sudah mengetahui hasilnya, tapi beliau tidak melihat
cara pembuatan penciptaan makhluk. Sebahagian mufasir lain mengatakan bahawa
beliau merasa puas atas apa yang dikatakan oleh Allah SWT dan beliau tidak jadi
menyembelih burung. Kami sendiri menilai bahawa eksperimen ini menunjukkan
tingkat cinta yang tinggi yang dicapai oleh seorang musafir di jalan Allah SWT,
yaitu Nabi Ibrahim. Seorang pencinta akan selalu timbul dalam dirinya hasrat,
rasa tunduk, dan rasa ingin menambah cintanya. Demikianlah cinta Nabi Ibrahim.
Inilah petualangan Nabi Ibrahim di mana setiap kali ia melalui perjalanannya,
maka kehausan cintanya pun meningkat. Pada suatu hari Nabi Ibrahim bangun lalu
beliau memerintahkan isterinya, Hajar, untuk membawa anaknya bersiap-siap untuk
melalui perjalanan panjang. Setelah beberapa hari, di mulailah perjalanan Nabi
Ibrahim bersama isterinya Hajar berserta anak mereka, Ismail. Saat itu Ismail
masih menyusu pada ibunya.
Nabi Ibrahim berjalan di tengah-tengah tanah
yang penuh dengan tanaman, melewati gurun dan gunung-gunung. Kemudian beliau
memasuki tanah Arab. Nabi Ibrahim menuju ke suatu lembah yang di dalamnya tidak
ada tanaman, tidak ada buah-buahan, tidak ada pepohonan, tidak ada makanan dan
tidak ada air. Lembah itu kosong dari tanda-tanda kehidupan. Nabi Ibrahim
sampai ke lembah, lalu beliau turun dari atas punggung haiwan tunggangannya.
Lalu beliau menurunkan isterinya dan anaknya dan meninggalkan mereka di sana.
Mereka hanya dibekali dengan makanan dan sedikit air yang tidak cukup untuk
kebutuhan dua hari.
Ketika beliau mulai meninggalkan mereka dan
berjalan, tiba-tiba isterinya segera menyusulnya dan berkata kepadanya:
"Wahai Ibrahim, ke mana engkau pergi? Mengapa engkau meninggalkan kami di
lembah ini, padahal di dalamnya tidak terdapat sesuatu pun." Nabi Ibrahim
tidak segera menjawab dan ia tetap berjalan. isterinya pun kembali mengatakan
perkataan yang dikatakan sebelumnya. Namun Nabi Ibrahim tetap diam. Akhirnya,
si isteri memahami bahawa Nabi Ibrahim tidak bersikap demikian kecuali mendapat
perintah dari Allah SWT. Kemudian si isteri bertanya: "Apakah Allah SWT
memerintahkannya yang demikian ini?" Nabi Ibrahim menjawab:
"Benar." isteri yang beriman itu berkata: "Kalau begitu, kita
tidak akan disia-siakan." Nabi Ibrahim menuju ke tempat di suatu gunung
lalu beliau mengangkat kedua tangannya untuk berdoa kepada Allah SWT:
"Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah
menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman
di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. " (QS. Ibrahim: 37)
Saat itu Baitullah belum dibangun. Terdapat
hikmah yang tinggi dalam perjalanan yang penuh dengan misteri ini. Ismail
ditinggalkan bersama ibunya di tempat ini. Ismail-lah yang akan
bertanggungjawab bersama ayahnya dalam pembangunan Ka'bah. Hikmah Allah SWT
menuntut untuk didirikannya suatu bangunan di lembah itu dan dibangun di
dalamnya Baitullah, di mana kita akan menuju ke sana dan menghadap kepadanya
saat kita solat.
Nabi Ibrahim meninggalkan isterinya dan anaknya
yang masih menyusu di padang sahara. Ibu Ismail menyusui anaknya dan mulai
merasakan kehausan. Saat itu matahari bersinar sangat panas dan membuat manusia
mudah merasa haus. Setelah dua hari, habislah air dan keringlah susu si ibu.
Hajar dan Ismail merasakan kehausan, dan makanan telah tiada sehingga saat itu
mereka merasakan kesulitan yang luar biasa. Ismail mulai menangis kehausan dan
ibunya meninggalkannya untuk mencarikan air. Si ibu berjalan dengan cepat
hingga sampai di suatu gunung yang bernama Shafa. Ia menaikinya dan meletakkan
kedua tangannya di atas keningnya untuk melindungi kedua matanya dari sengatan
matahari. Ia mulai mencari-cari sumber air atau sumur atau seseorang yang dapat
membantunya atau kafilah atau musafir yang dapat menolongnya atau berita namun semua
harapannya itu gagal. Ia segera turun dari Shafa dan ia mulai berlari dan
melalui suatu lembah dan sampai ke suatu gunung yang bernama Marwah. Ia pun
mendakinya dan melihat apakah ada seseorang tetapi ia tidak melihat ada
seseorang.
Si ibu kembali ke anaknya dan ia masih
mendapatinya dalam keadaan menangis dan rasa hausnya pun makin bertambah. Ia
segera menuju ke Shafa dan berdiri di atasnya, kemudian ia menuju ke Marwah dan
melihat-lihat. Ia mondar-mandir, pulang dan pergi antara dua gunung yang kecil
itu sebanyak tujuh kali. Oleh kerananya, orang-orang yang berhaji berlari-lari
kecil antara Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali. Ini adalah sebagai
peringatan terhadap ibu mereka yang pertama dan nabi mereka yang agung, yaitu
Ismail.
Setelah putaran ketujuh, Hajar kembali dalam
keadaan letih dan ia duduk di sisi anaknya yang masih menangis. Di
tengah-tengah situasi yang sulit ini, Allah SWT menurunkan rahmat-Nya. Ismail
pun memukul- mukulkan kakinya di atas tanah dalam keadaan menangis, lalu
memancarlah di bawah kakinya sumur zamzam sehingga kehidupan si anak dan si ibu
menjadi terselamatkan. Si ibu mengambil air dengan tangannya dan ia bersyukur
kepada Allah SWT. Ia pun meminum air itu berserta anaknya, dan kehidupan tumbuh
dan bersemi di kawasan itu. Sungguh benar apa yang dikatakannya bahawa Allah
SWT tidak akan membiarkannya selama mereka berada di jalan-Nya.
Kafilah musafir mulai tinggal di kawasan itu dan
mereka mulai mengambil air yang terpancar dari sumur zamzam. Tanda-tanda
kehidupan mulai mengepakkan sayapnya di daerah itu. Ismail mulai tumbuh dan
Nabi Ibrahim menaruh kasih sayang dan perhatian padanya, lalu Allah SWT
mengujinya dengan ujian yang berat. Allah SWT menceritakan ujian tersebut dalam
firman-Nya:
"Dan Ibrahim berkata: Sesungguhnya aku
pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku. Ya
Tuhanku, anugerahkan kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang
soleh. Maka Kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar.
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim.
Ibrahim berkata: 'Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahawa aku
menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!' Ia menjawab: 'Hai bapakku,
kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insya- Allah kamu akan mendapatiku
termasuk orang-orang yang sabar.' Tatkala keduanya telah berserah din dan
Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya, (nyatalah kesabaran keduanya).
Dan Kami panggillah dia: 'Hai Ibrahim, sesungguhnya engkau telah membenarkan
mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang
yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan
Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk
Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian,
(yaitu) "Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim". Demikianlah Kami
memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia termasuk
hamba-hamba Kami yang beriman. " (QS. ash-Shaffat: 99-111)
Perhatikanlah, bagaimana Allah SWT menguji
hamba-hamba-Nya. Renungkanlah bentuk ujian tersebut. Kita sekarang berada di
hadapan seorang nabi yang hatinya merupakan hati yang paling lembut dan paling
penyayang di muka bumi. Hatinya penuh dengan cinta kepada Allah SWT dan cinta
kepada makhluk-Nya. Nabi Ibrahim mendapatkan anak saat beliau menginjak usia
senja, padahal sebelumnya beliau tidak membayangkan akan memperoleh kurnia
seorang anak.
Nabi Ibrahim tidur, dan dalam tidurnya beliau
melihat dirinya sedang menyembelih anaknya, anak satu-satunya yang dicintainya.
Timbullah pergolakan besar dalam dirinya. Sungguh salah kalau ada orang mengira
bahawa tidak ada pergolakan dalam dirinya. Nabi Ibrahim benar-benar diuji
dengan ujian yang berat. Ujian yang langsung berhubungan dengan emosi kebapakan
yang penuh dengan cinta dan kasih sayang. Nabi Ibrahim berfikir dan merenung.
Kemudian datanglah jawapan bahawa Allah SWT melihatkan kepadanya bahawa mimpi
para nabi adalah mimpi kebenaran. Dalam mimpinya, Nabi Ibrahim melihat bahawa
ia menyembelih anak satu-satunya. Ini adalah wahyu dari Allah SWT dan perintah
dari-Nya untuk menyembelih anaknya yang dicintainya.
Sebagai pencinta sejati, Nabi Ibrahim tidak
merasakan kegelisahan dari hal tersebut. Ia tidak "menggugat"
perintah Allah SWT itu. Nabi Ibrahim adalah penghulu para pencinta. Nabi
Ibrahim berfikir tentang apa yang dikatakan kepada anaknya ketika ia
menidurkannya di atas tanah untuk kemudian menyembelihnya. Lebih baik baginya
untuk memberitahu anaknya dan hal itu lebih menenangkan hatinya daripada
memaksanya untuk menyembelih. Akhirnya, Nabi Ibrahim pergi untuk menemui
anaknya.
"Ibrahim berkata: 'Wahai anakku
sesungguhnya aku melihat di dalam mimpi, aku menyembelihmu, maka bagaimana
pendapatmu. " (QS. ash-Shaffat: 102)
Perhatikanlah bagaimana kasih sayang Nabi
Ibrahim dalam menyampaikan perintah kepada anaknya. la menyerahkan urusan itu
kepada anaknya; apakah anaknya akan menaati perintah tersebut. Bukankah
perintah tersebut adalah perintah dari Tuhannya? Ismail menjawab sama dengan
jawapan dari ayahnya itu bahawa perintah itu datangnya dari Allah SWT yang
kerananya si ayah harus segera melaksanakannya:
"Wahai ayahku kerjakanlah yang
diperintahkan Tuhanmu. Insya Allah engkau mendapatiku sebagai orang-orang yang
sabar." (QS. ash- Shaffat: 102)
Perhatikanlah jawapan si anak. Ia mengetahui
bahawa ia akan disembelih sebagai pelaksanaan perintah Tuhan, namun ia justru
menenangkan hati ayahnya bahawa dirinya akan bersabar. Itulah puncak dari
kesabaran. Barangkali si anak akan merasa berat ketika harus dibunuh dengan
cara disembelih sebagai pelaksanaan perintah Allah SWT. Tetapi Nabi Ibrahim
merasa tenang ketika mendapati anaknya menentangnya untuk menunjukkan kecintaan
kepada Allah SWT.
Kita tidak mengetahui perasaan sesungguhnya Nabi
Ibrahim ketika mendapati anaknya menunjukkan kesabaran yang luar biasa. Allah
SWT menceritakan kepada kita bahawa Ismail tertidur di atas tanah dan wajahnya
tertelungkup di atas tanah sebagai bentuk hormat kepada Nabi Ibrahim agar saat
ia menyembelihnya Ismail tidak melihatnya, atau sebaliknya. Kemudian Nabi
Ibrahim mengangkat pisaunya sebagai pelaksanaan perintah Allah SWT:
"Tatkala keduanya telah berserah din dan
Ibrahim, membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya)."
(QS. ash- Shaffat: 103)
Al-Quran menggunakan ungkapan tersebut ketika
keduanya menyerahkan diri terhadap perintah Allah SWT. Ini adalah wujud Islam
yang hakiki. Hendaklah engkau memberikan sesuatu untuk Islam sehingga tidak ada
sesuatu pun yang tersisa darimu. Pada saat pisau siap untuk digunakan sebagai
perintah dari Allah SWT, Allah SWT memanggil Ibrahim. Selesailah ujiannya, dan
Allah SWT menggantikan Ismail dengan suatu korban yang besar.
Peristiwa tersebut kemudian diperingati sebagai
hari raya oleh kaum Muslim, yaitu hari raya yang mengingatkan kepada mereka
tentang Islam yang hakiki yang dibawa dan di amalkan oleh Nabi Ibrahim dan
Ismail. Demikianlah kisah Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim meninggalkan anaknya dan
kembali berdakwah di bumi Allah SWT. Nabi Ibrahim berhijrah dari tanah
Kaldanin, tempat kelahirannya di Iraq, dan melalui Yordania dan tinggal di
negeri Kan'an. Saat berdakwah, beliau tidak lupa bertanya tentang kisah Nabi
Luth bersama kaumnya. Nabi Luth adalah orang yang pertama kali beriman
kepadanya. Allah SWT telah memberinya pahala dan telah mengutusnya sebagai Nabi
kepada kaum yang menentang kebenaran.
Nabi Ibrahim duduk di luar khemahnya dan
memikirkan tentang anaknya Ismail, dan kisah mimpinya serta tentang tebusan
dari Allah SWT berupa korban yang besar. Hatinya penuh dengan gelora cinta.
Nabi Ibrahim tidak mampu menghitung pujian yang harus ditujukan kepada
Tuhannya. Matanya berlinangan air mata sebagai bukti rasa terima kasih dan
syukur kepada Allah SWT. Mulailah butiran-butiran air matanya bercucuran. Nabi
Ibrahim mengingat Ismail dan mulai rindu kepadanya.
Dalam situasi seperti itu, turunlah malaikat
(Jibril, Israfil, dan Mikail) ke bumi Jibril. Mereka berubah wujud menjadi
manusia yang indah dan tampan. Mereka memegang misi dan tugas khusus. Mereka
berjalan di depan Nabi Ibrahim dan menyampaikan berita gembira padanya,
kemudian mereka akan mengunjungi kaum Nabi Luth dan memberikan hukum atas
kejahatan kaumnya. Melihat wajah-wajah yang bersinar itu, Nabi Ibrahim
tercengang dan mengangkat kepalanya. Nabi Ibrahim tidak mengenal mereka. Mereka
mengawali ucapan salam. Dan Nabi Ibrahim membalas salam mereka. Nabi Ibrahim
bangkit dari tempatnya dan menyambut mereka. Nabi Ibrahim mempersilakan mereka
masuk ke dalam rumahnya. Nabi Ibrahim mengira bahawa mereka adalah tamu- tamu
asing. Nabi Ibrahim mempersilakan mereka duduk, dan kemudian ia meminta izin
kepada mereka untuk keluar dan menemui keluarganya. Sarah, isterinya, bangun
ketika Nabi Ibrahim masuk menemuinya. Saat itu Sarah sudah mulai tua dan
rambutnya mulai memutih.
Nabi Ibrahim berkata kepada isterinya: "Aku
dikunjungi oleh tiga orang asing." isterinya bertanya: "Siapakah
mereka?" Nabi Ibrahim menjawab: "Aku tidak mengenal mereka. Sungguh
wajah mereka sangat aneh. Tak ragu lagi, mereka pasti datang dari tempat yang
jauh, tetapi pakaian mereka tidak menunjukkan mereka berasal dari daerah yang
jauh. Oh ya, apakah ada makanan yang dapat kita berikan kepada mereka?"
Sarah berkata: "Separuh daging kambing." Nabi Ibrahim berkata:
"Hanya separuh daging kambing. Kalau begitu, sembelihlah satu kambing yang
gemuk. Mereka adalah tamu-tamu yang istimewa. Mereka tidak memiliki haiwan
tunggangan atau makanan. Barangkali mereka lapar, atau barangkali mereka
orang-orang yang tidak mampu."
Nabi Ibrahim memilih satu kambing besar dan
memerintahkan untuk disembelih serta menyebut nama Allah SWT saat
menyembelihnya. Kemudian disiapkanlah makanan. Setelah siap, Nabi Ibrahim
memanggil tamu-tamunya untuk makan. isterinya membantu untuk melayani mereka
dengan penuh kehormatan. Nabi Ibrahim mengisyaratkan untuk menyebut nama Allah
SWT, kemudian Nabi Ibrahim mulai mengawali untuk memakan agar mereka juga mulai
makan.
Nabi Ibrahim adalah orang yang sangat dermawan
dan beliau mengetahui bahawa Allah SWT pasti membalas orang-orang yang
dermawan. Barangkali di rumahnya tidak ada haiwan lain selain kambing itu,
tetapi kerana kedermawanannya, beliau pun menghidangkan kambing itu untuk
tamunya. Nabi Ibrahim memperhatikan sikap tamu-tamunya, namun tak seorang pun
di antara tamunya yang menghulurkan tangan. Nabi Ibrahim mendekatkan makanan
itu kepada mereka sambil berkata: "Mengapa kalian tidak makan?" Nabi
Ibrahim kembali ke tempatnya sambil mencuri pandangan, tapi lagi-lagi mereka
masih tidak memakannya. Saat itu Nabi Ibrahim merasakan ketakutan.
Dalam tradisi kaum Badui diyakini bahawa tamu
yang tidak mahu makan hidangan yang disajikan oleh tuan rumah, maka ini bererti
bahawa ia hendak berniat jelek pada tuan rumah. Nabi Ibrahim kembali berfikir
dengan penuh kehairanan melihat sikap tamu-tamunya. Nabi Ibrahim kembali
berfikir, bagaimana tamu-tamu itu secara mendadak menemuinya di mana ia tidak
melihat mereka sebelumnya kecuali setelah mereka ada di hadapannya. Mereka
tidak memiliki binatang tunggangan yang menghantarkan mereka. Mereka juga tidak
membawa bekal perjalanan. Wajah-wajah mereka sangat aneh baginya. Mereka adalah
para musafir, tetapi anehnya tidak ada bekas debu perjalanan. Kemudian Nabi
Ibrahim mengajak mereka makan, lalu mereka duduk di atas meja makan tetapi
mereka tidak makan sedikit pun. Bertambahlah ketakutan Nabi Ibrahim.
Beliau mengangkat pandangannya, lalu beliau
mendapati isterinya Sarah berdiri di hujung kamar. Melalui pandangannya yang
membisu, Nabi Ibrahim hendak mengatakan bahawa ia merasa takut terhadap tamu-
tamunya, namun wanita itu tidak memahaminya. Nabi Ibrahim berfikir bahawa
tamu-tamunya itu berjumlah tiga orang dan mereka tampak masih muda-muda sedangkan
ia sudah tua. Para malaikat dapat membaca fikiran yang bergolak dalam diri Nabi
Ibrahim. Salah seorang malaikat berkata padanya: "Janganlah engkau
takut." Nabi Ibrahim mengangkat kepalanya dan dengan penuh kejujuran ia
berkata: "Aku mengakui bahawa aku merasa takut. Aku telah mengajak kalian
untuk makan dan telah menyambut kalian, tapi kalian tidak mahu memakannya.
Apakah kalian mempunyai niat buruk kepadaku?" Salah seorang malaikat
tersenyum dan berkata: "Kita tidak makan wahai Ibrahim, kerana kita adalah
malaikat-malaikat Allah SWT dan kami telah diutus kepada kaum Luth."
Mendengar semua itu, isteri Nabi Ibrahim
tertawa. Ia berdiri mengikuti dialog yang terjadi antara suaminya dan mereka.
Salah seorang malaikat menoleh kepadanya dan memberinya khabar gembira tentang
kelahiran Ishak. Allah SWT memberimu khabar gembira dengan kelahiran Ishak.
Wanita tua itu dengan penuh kehairanan berkata:
"Sungguh menghairankan, apakah aku akan
melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamiku pun
dalam keadaan yang sangat tua pula?" (QS. Hud: 72)
Dan salah seorang malaikat kembali berkata
kepadanya:
"Dan sesudah Ishak (lahir pula)
Ya'qub." (QS. Hud: 71)
Engkau akan menyaksikan kelahiran cucumu.
Bergolaklah berbagai perasaan dalam had Nabi Ibrahim dan isterinya. Suasana di
kamar pun berubah dan hilanglah rasa takut dari Nabi Ibrahim. Kemudian hatinya
dipenuhi dengan kegembiraan. isterinya yang mandul berdiri dalam keadaan
gementar, kerana berita gembira yang dibawa oleh para malaikat itu cukup
menggoncangkan jiwanya. Ia adalah wanita yang tua dan mandul dan suaminya juga
laki-laki tua, maka bagaimana mungkin, padahal dia adalah wanita tua. Di
tengah-tengah berita yang cukup menggoncangkan tersebut, Nabi Ibrahim bertanya:
"Apakah kamu memberi khabar gembira
kepadaku padahal usiaku telah lanjut, maka dengan cara bagaimanakah
(terlaksananya) berita gembira yang kamu khabarkan ini?" (QS. al-Hijr: 54)
Apakah beliau ingin mendengarkan khabar gembira
untuk kedua kalinya, ataukah ia ingin agar hatinya menjadi tenang dan mendengar
kedua kalinya kurnia dari Allah SWT padanya? Ataukah Nabi Ibrahim ingin
menampakkan kegembiraannya kedua kalinya? Para malaikat menegaskan padanya
bahawa mereka membawa berita gembira yang penuh dengan kebenaran.
"Mereka menjawab: 'Kami menyampaikan khabar
gembira kepadamu dengan benar, maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang
berputus asa.'" (QS. al-Hijr: 55)
"Ibrahim berkata: 'Tidak ada orang yang
berputus asa dari rahmat Tuhannya,
kecuali orang-orang yang sesat.'" (QS.
al-Hijr: 56)
Para malaikat tidak memahami perasaan
kemanusiaannya, maka mereka melarangnya agar jangan sampai berputus asa. Nabi
Ibrahim memahamkan mereka bahawa ia tidak berputus asa tetapi yang
ditampakkannya hanya sekadar kegembiraan. Kemudian isteri Nabi Ibrahim turut
bergabung dalam pembicaraan bersama mereka. la bertanya dengan penuh
kehairanan: "Apakah aku akan melahirkan sementara aku adalah wanita yang
sudah tua. Sungguh hal ini sangat menghairankan." Para malaikat menjawab:
"Para malaikat itu berkata: 'Apakah kamu
merasa hairan tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan
keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai Ahlul bait! Sesungguhnya Allah Maha
Terpuji lagi Maha Pemurah.'" (QS. Hud: 73)
Berita gembira itu bukan sesuatu yang sederhana
dalam kehidupan Nabi Ibrahim dan isterinya. Nabi Ibrahim tidak mempunyai anak
kecuali Ismail di mana ia meninggalkannya di tempat yang jauh, di Jazirah Arab.
isterinya Sarah selama puluhan tahun bersamanya dan tidak memberinya anak. Ia
sendiri yang menikahkan Nabi Ibrahim dengan pembantunya, Hajar. Maka dari Hajar
lahirlah Ismail, sedangkan Sarah tidak memiliki anak. Oleh kerana itu, Sarah
memiliki kerinduan besar terhadap anak.
Para malaikat berkata padanya:
"Sesungguhnya itu terjadi dengan kehendak Allah SWT. Demikianlah yang
diinginkan-Nya kepadanya dan pada suaminya." Kemudian saat ia berusia
senja, ia mendapatkan khabar gembira di mana ia akan melahirkan seorang anak,
bukan anak biasa tetapi seorang anak yang cerdas. Bukan ini saja, para malaikat
juga menyampaikan kepadanya bahawa anaknya akan mempunyai anak (cucunya) dan ia
pun akan menyaksikannya. Wanita itu telah bersabar cukup lama kemudian ia
memasuki usia senja dan lupa. Lalu datanglah balasan Allah SWT dengan tiba-tiba
yang menghapus semua ini. Air matanya berlinang saat ia berdiri kerana saking
gembiranya. Sementara itu Nabi Ibrahim as merasakan suatu perasaan yang
menghairankan. Hatinya dipenuhi dengan kasih sayang dan kedekatan. Nabi Ibrahim
mengetahui bahawa ia sekarang berada di hadapan suatu nikmat yang ia tidak
mengetahui bagaimana harus mensyukurinya.
Nabi Ibrahim segera bersujud. Saat itu anaknya
Ismail ada di sana namun ia jauh darinya sehingga tidak melihatnya. Ismail ada
di sana atas perintah Allah SWT di mana Dia memerintahkannya untuk membawa
anaknya bersama ibunya dan meninggalkan mereka di suatu lembah yang tidak
memiliki tanaman dan air. Demikianlah perintah tersebut tanpa ada keterangan
yang lain. Nabi Ibrahim melaksanakan perintah tersebut dengan tulus, dan beliau
hanya berdakwah dan menyembah Allah SWT. Allah SWT memberinya khabar gembira
saat beliau menginjak usia tua dengan kelahiran Ishak dari isterinya Sarah, dan
setelah kelahirannya disusul dengan kelahiran Yakub. Nabi Ibrahim bangun dari
sujudnya lalu pandangannya tertuju pada makanan. Ia merasa tidak mampu lagi
melanjutkan makan kerana saking gembiranya. Ia memerintahkan pembantunya untuk
mengangkat makanan, lalu beliau menoleh kepada para malaikat. Hilanglah rasa
takut Nabi Ibrahim dan keresahannya menjadi tenang. Nabi Ibrahim mengetahui
bahawa mereka diutus pada kaum Luth sedangkan Luth adalah anak saudaranya yang
tinggal bersamanya di tempat kelahirannya.
Nabi Ibrahim mengetahui maksud pengutusan para
malaikat pada Luth dan kaumnya. Ini bererti akan terjadi suatu hukuman yang
mengerikan. Karakter Nabi Ibrahim yang penyayang dan lembut menjadikannya tidak
mampu menahan kehancuran suatu kaum. Barangkali kaum Luth akan bertaubat dan
masuk Islam serta menaati perintah rasul mereka. Nabi Ibrahim mulai mendebat
para malaikat tentang kaum Luth. Nabi Ibrahim berbicara kepada mereka, bahawa
boleh jadi mereka akan beriman dan keluar dari jalan penyimpangan. Namun para
malaikat memahamkannya bahawa kaum Luth adalah orang-orang yang jahat, dan
bahawa tugas mereka adalah mengirim batu-batuan yang panas dari sisi Tuhan bagi
orang-orang yang melampaui batas.
Setelah para malaikat menutup pintu dialog itu,
Nabi Ibrahim kembali berbicara kepada mereka tentang orang-orang mukmin dari
kaum Luth. Ia bertanya kepada mereka: "Apakah kalian akan menghancurkan
suatu desa yang di dalamnya terdapat tiga ratus orang mukmin?" Para
malaikat menjawab: "Tidak." Nabi Ibrahim mulai mengurangi jumlah
orang-orang mukmin dan ia bertanya lagi kepada mereka: "Apakah desa itu
akan dihancurkan sementara masih ada sejumlah orang-orang mukmin ini."
Para malaikat menjawab: "Kami lebih mengetahui orang-orang yang ada di
dalamnya." Kemudian mereka memahamkannya bahawa perkara tersebut telah
ditetapkan dan bahawa kehendak Allah SWT telah diputuskan untuk menghancurkan
kaum Luth. Para malaikat memberi pengertian kepada Nabi Ibrahim agar beliau
tidak terlibat lebih jauh dalam dialog itu kerana Allah SWT telah memutuskan
perintah-Nya untuk mendatangkan azab yang tidak dapat ditolak, suatu azab yang
tidak dapat dihindari dengan pertanyaan Nabi Ibrahim. Namun pertanyaan Nabi
Ibrahim itu berangkat dari seorang Nabi yang sangat penyayang dan penyantun.
Allah SWT berfirman:
"Dan sesungguhnya utusan-utusan kami
(malaikat-malaikat) telah datang kepada Ibrahim dengan membawa khabar gembira,
mereka mengucapkan: 'Salamun' (Selamatlah), maka tidak lama kemudian Ibrahim
menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang. Maka tatkala dilihatnya tangan
mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka, dan merasa
takut kepada mereka. Malaikat itu berkata: 'Janganlah kamu takut, sesungguhnya
kami adalah (malaikat-malaikat) yang diutus kepada kaum Luth. Dan isterinya
berdiri (di balik tirai) lalu dia tersenyum. Maka kami sampaikan kepadanya
khabar gembira tentang (kelahiran) Ishak dan dari Ishak (akan lahir puteranya)
Yakub. isterinya berkata: 'Sungguh menghairankan, apakah aku akan melahirkan
anak padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamiku pun dalam
keadaan yang sudah tua pula? Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat
aneh.' Para malaikat itu berkata: 'Apakah kamu merasa hairan tentang ketetapan
Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan- Nya, dicurahkan atas kamu, hai
ahlul bait! Sesungguhnya Allah Maha Pemurah lagi Maha Terpuji.' Maka tatkala rasa
takut itu hilang dari Ibrahim dan berita gembira telah datang kepadanya, dia
pun bersoal jawab dengan (malaikat-malaikat) Kami tentang kaum Luth.
Sesungguhnya Ibrahim itu benar-benar seorang yang penyantun lagi penghiba dan
suka kembali kepada Allah. Hai Ibrahim, tinggalkanlah soal jawab ini
sesungguhnya telah datang ketetapan Tuhanmu, dan sesungguhnya mereka itu akan
didatangi azab yang tidak dapat ditolak." (QS. Hud: 69-76)