Tuesday, February 24, 2015

Muawwiyah bin Abi Sofyan - (20 SH - 60 H)

Nama lengkap Muawiyah bin Abi Sufyan adalah Muawiyah bin Abi Sufyan bin Harb bin Umayah bin Harb bin Abdi Syams bin Abd Manaf al-Quraisy al-Amawi. Ibunya bernama Hindun binti Utbah bin Rabi’ah bin Abd Syams bin Abd Manaf.

Dari silsilah ini secara geneologis terjadi pertemuan antara nenek moyang bapaknya dengan nenek moyang ibunya, yaitu pada Abd Syams. Muawiyah yang dijuluki Abu Abd Al-Rahman, dilahirkan kira-kira pada tahun ke-5 sebelum kenabian (606 M). 

Muawiyah dan bapaknya masuk Islam pada perisrtiwa penaklukan kota Mekkah, ketika ia berusia lebih kurang 23 tahun. Menurut pengakuan Muawiyah sendiri bahwa ia telah menjadi muslim jauh sebelum fath  al-Mekkah, yaitu pada Yaum Al-Qadla ketika Rasulullah saw. 

Dan para sahabat melaksanakan Umrah setelah perjanjian Hudaibiyah. Ketika itu datang menghadap Rasul dan menyatakan diri sebagai muslim, tetapi keislaman itu ia sembunyikan. Hal itu dilakukan karena ia mendapat ancaman dari keluarganya, terutama ibunya bahwa kalau ia masuk Islam, pasokan makanan, warisan dan sebagainya akan dihentikan oleh keluarganya.



Beliau sempat belajar tulis baca dan matematika, sehingga Rasulullah mengangkatnya menjadi juru tulisnya. Beliau bertugas di Suriah di masa pemerintahan Umar bin Khattab dan Usman bin Affan. Beliau menentanag Ali dan berkonfrontasi dengan Ali dalam perang Shiffin (37 H/657 M) yang berakhir dengan sebuah arbitrase. Beliau dinobatkan menjadi khalifah (40-60 H/661-680 M) di mana ibu kota pemerintahan dia pindahkan ke Damaskus. Beliau termasuk tokoh penakluk ternama dalam sejarah Islam, di mana penaklukannya sampai ke daerah di Lautan Atlantik.

Dia meriwayatkan hadits dari Rasulullah sebanyak seratus enam puluh tiga hadits. Beberapa sahabat dan tabi’in yang meriwayatkan hadits darinya antara lain : Abdullah bin Abbas, Abdulah bin Umar, Abdullah bin Zubair, Abu Darda’, Jarir aI-Bajali, Nu’man bin Basyir dan yang lain. Sedangkan dari kalangan tabiin antara lain : Sa’id bin al-­Musayyib, Hamid bin Abdur Rahman dan lain-lain. 

Dia termasuk salah seorang yang memiliki kepintaran dan kesabaran. Banyak hadits yang menyatakan keutamaan pribadinya, namun dari hadits-hadits tersebut hanya sedikit yang bisa diterima. 

Imam at-Tirmidzi meriwayatkan (dia mengatakan bahwa hadits ini hasan) dari Abdur Rahman bin Abi Umairah (seorang sahabat Ra­sulullah) dari Rasulullah bahwa dia bersabda kepada Mu’awiyah, “Ya Allah, jadikanlah dia orang yang memberi petunjuk dan mendapat petunjuk.” 

Imam Ahmad dalam Musnadnya meriwayatkan dari al-Mirbadh bin Sariyyah dia berkata: Saya mendengar Rasulullah bersabda, “Ya Allah ajarilah Mu’awiyah al-Qur’an dan hisab serta lindungilah dia dari adzab.”

Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannafnya dan Imam ath-Thabarani dalam kitabnya al-Kabir meriwayatkan dari Abdul Malik bin Umair dia berkata: Mu’awiyyah berkata : Sejak Rasulullah bersabda kepada saya. “Wahai Mu’awiyah, jika kamu menjadi raja, maka berbuat baiklah!” saya selalu menginginkan jabatan kekhilafahan.

Mua’wiyyah adalah seorang lelaki yang bertubuh tinggi berkulit putih dan tampan serta karismatik. Suatu ketika Umar bin Khaththab melihat kepadanya dan berkata, “Dia adalah kaisar Arab.” 

Diriwayatkan dari Ali bin Abu Thalib dia berkata, “Janganlah kalian membenci pemerintahan Mu’awiyah. Sebab andai kalian kehilangan dia, niscaya akan kalian lihat beberapa kepala lepas dari lehernya.” 

Al-Maqbari berkata : "Kalian sangat kagum kepada kaisar Persia dan Romawi namun kalian tidak mempedulikan Mu’awiyah! Kesa­barannya dijadikan sebuah pepatah. Bahkan Ibnu Abid Dunya dan Abu Bakar bin ‘Ashim mengarang buku khusus tentang kesabarannya."

Ibnu ‘Aun berkata, “Ada seorang lelaki berkata kepada Mu’awiyah: Demi Allah hendaknya kamu menegakkan hukum dengan lurus wahai Mu’awiyah. Jika tidak, maka kamilah yang akan meluruskan kamu!”

Mu’awiyah berkata, “Dengan apa kalian akan meluruskan kami?"

Dia menjawab, “Dengan pentungan kayu!”

Muawiyyah menjawab, “Jika begitu kami akan berlaku lurus.” 

Qubaishah bin Jabir berkata : Saya menemani Mu’awiyah beberapa lama, ternyata dia adalah seorang yang sangat sabar. Tidak saya temui seorang pun yang sesabar dia, tidak ada orang yang lebih bisa berpura-pura bodoh darinya, sebagaimana tidak ada orang yang lebih hati-hati daripadanya. 

Tatkala Abu Bakar mengutus pasukan ke Syam, dia dan saudaranya Yazid bin Abu Sufyan berangkat ke sana. Tatkala Yazid meninggal dia ditugaskan untuk menggantikan saudaranya di Syam untuk menjadi gubernur. Umar mengokohkan apa yang ditetapkan Abu Bakar dan Utsman menetapkan apa yang ditetapkan oleh Umar. Utsman menjadikan Syam seluruhnya berada di bawah kekuasaannya. Dia menjadi gubernur di Syam selama dua puluh tahun dan menjadi khalifah juga selama dua puluh tahun. 

Muawwiyah Bin Abu Sofyan adalah juru tulis Rasulullah saat turunnya wahyu.

Dan sungguh telah meriwayatkan Imam Muslim didalam Sohihnya dari hadits Ikrimah bin Ammar, dari Abi Zamil Sammak bin Walid dari Ibnu Abbas bahwasanya Abu sofyan Berkata : "Wahai Rasulullah berikanlah tiga perkara kepadaku?" Rasulullah menjawab: “ya”. Beliau berkata : "perintahkanlah aku supaya memerangi orang-orang kafir sebagaimana dulu aku memerangi orang-orang Islam." Rasulullah menjawab: “ya”, Beliau berkata lagi : "dan Muawiyah engkau jadikan sebagai penulis disisimu?" Rasulullah menjawab: “ya”.


Mu'awwiyah di Jamin Syurga

Al-Imam al-Bukhari meriwayatkan di dalam Sohihnya dari Kholid bin Ma’dan dan bahwasanya Umair bin Mas’ud telah menceritakan kepadanya bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Pasukan pertama daripada kalangan umatku yang berperang di laut, telah dipastikan bagi mereka (tempat di syurga).”

Fakta sejarah mencatat bahawa armada laut yang pertama bagi umat Islam dipimpin oleh Muawiyah pada zaman pemerintahan Amirul Mukminin Usman ibn Affan Radhiallahu.

َعَنْ ‏‏خَالِدِ بْنِ مَعْدَانَ ‏أَنَّ ‏عُمَيْرَ بْنَ الْأَسْوَدِ الْعَنْسِيَّ ‏حَدَّثَهُ أَنَّهُ أَتَى ‏عُبَادَةَ بْنَ الصَّامِتِ ،‏ ‏وَهُوَ نَازِلٌ فِي سَاحَةِ ‏ ‏حِمْصَ ،‏ ‏وَهُوَ فِي بِنَاءٍ لَهُ وَمَعَهُ ،‏ ‏أُمُّ حَرَامٍ ،‏ ‏قَالَ ‏عُمَيْرٌ :‏ ‏فَحَدَّثَتْنَا ‏‏أُمُّ حَرَامٍ ‏‏أَنَّهَا سَمِعَتْ النَّبِيَّ ‏صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ‏‏يَقُولُ :‏ ‏أَوَّلُ جَيْشٍ مِنْ أُمَّتِي يَغْزُونَ الْبَحْرَ قَدْ ‏‏أَوْجَبُوا ،‏ ‏قَالَتْ ‏‏أُمُّ حَرَامٍ :‏ ‏قُلْتُ : يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنَا فِيهِمْ ، قَالَ أَنْتِ فِيهِمْ ، ثُمَّ قَالَ النَّبِيُّ ‏صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :‏ ‏أَوَّلُ جَيْشٍ مِنْ أُمَّتِي يَغْزُونَ مَدِينَةَ ‏‏قَيْصَرَ ‏‏مَغْفُورٌ لَهُمْ ، فَقُلْتُ : أَنَا فِيهِمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ ، قَالَ : لَا . رواه البخاري (2924) .
قال الحافظ ابن حجر في ” الفتح ” (6/120) : قَالَ الْمُهَلَّب : فِي هَذَا الْحَدِيثِ مَنْقَبَة لِمُعَاوِيَة لِأَنَّهُ أَوَّلُ مَنْ غَزَا الْبَحْرَ وَمَنْقَبَةٌ لِوَلَدِهِ يَزِيد لِأَنَّهُ أَوَّلُ مَنْ غَزَا مَدِينَةَ قَيْصَرَ .ا.هـ.


Mu'awwiyah adalah Orang yang Faqih

Pada zaman pemerintahan Umar bin khottob Radiallahu anhu pernah seorang mengadu kepada Ibn Abbas radhiallahu ‘anh bahwa Muawiyah melaksanakan solat witir dengan hanya satu rakaat. Ibn Abbas menjawab : “(Biarkan), sesungguhnya dia seorang yang faqih (faham agama).” [Shahih al-Bukhari – hadis no: 3765]

Muawwiyah adalah orang yang didoakan untuk mendapat hidayah

Dalam sebuah hadis yang dinilai sahih oleh Syaikh al-Albani rahimahullah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mendoakan Muawiyah : “Ya Allah! Jadikanlah beliau orang yang memimpin kepada hidayah dan berikanlah kepada beliau hidayah.” [Silsilah al-Ahadits al-Shahihah (Maktabah al-Ma`arif, Riyadh, 1995), hadits no: 1969]


Pujian Para Sahabat Kepada Mu'awwiyah

1. Sahabat besar Saad bin Abi Waqqas r.a. berkata : “Tak pernah saya melihat seorang yang lebih pandai memutuskan hukum selepas Sayyidina Utsman daripada tuan pintu ini (beliau maksudkan Mu’awiyah)". (Al-Bidayah Wa an-Nihayah jilid 8 m.s. 133)

2. Seorang lagi sahabat Qabishah bin Jabir berkata : “Tak pernah saya melihat seorang yang lebih penyantun, lebih layak memerintah, lebih hebat, lebih lembut hati dan lebih luas tangan di dalam melakukan kebaikan daripada Mu’awiyah”. (Al-Bidayah Wa an-Nihayah jilid 8 m.s. 135)

3. Abdullah bin Mubarak, seorang tabi’in terkenal pernah ditanya : “ Apa pendapat anda tentang Mua’awiyah dan Umar bin Abdul Aziz, siapakah di antara mereka yang lebih utama?”. Mendengar pertanyaan itu Abdullah Ibnu al-Mubarak naik Pitam lalu berkata: “Kamu bertanya tentang perbandingan keutamaan antara mereka berdua. Demi Allah! Debu yang masuk ke dalam lubang hidung Mu’awiyah karena berjihad bersama-sama Rasulullah itu saja lebih baik dari Umar bin Abdul Aziz”. (Al-Bidayah Wa an-Nihayah jilid 8 m.s. 139)


Pujian para Ulama kepada Mu'awwiyah

Imam Adz-Dzahabi berkata bahwa hadist2 riwayat Muawiyah berjumlah 163 hadist dalam Musnad Baqiyi (bin Makhlad). Al Ahwazi telah menyusun Musnad Muawiyah dalam satu jilid kitab. Hadisnya (Muawiyah) yg disepakati Bukhari-Muslim sebanyak 4 hadist, dan yg diriwatkan oleh Imam Bukhari sebanyak 4 hadist dan Imam Muslim sebanyak 5 hadist (Siyar A’lam Nubala 3/162)

Dari Irbadh bin Sariyah berkata, “Saya mendengar Rasulullah bersabda,” Ya Allah, ajarkanlah Muawiyah ilmu tulis dan hitung dan lindungilah dia dari siksa.” (Hasan Lighairihi Diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah 1938, Ibnu Hibban 2278, Ahmad 4/127, dan Fadhail Ash-Shahihah 1748, Al-Bazzar 2723, Al Fai dalam Tarikh 2/345, Att-Thabrani dalam Al Mu’jam 18/252/628)

Dari Abdur Rahman bin Abi Umairah Al-Muzanni, berkata Said dan dia termasuk sahabat Nabi dari Nabi bahwa beliau berdo’a untuk Muawiyah, ”Ya Allah, jadikanlah dia penunjuk dan yang memberi petunjuk, tunjukilah ia dan berilah manusia petunjuk karenanya.” (Hasan Shahih Diriwayatkan Bukhari dalam Tarikh 4/1/327, Tirmidzi 2/316, Ibnu Asakir 16/684-686, dan Adz-Dzahabi dalam Siyar 8/38)

Umar bin Khattab berkata tatkala mengangkatnya sebagai Gubernur Syam, ”Janganlah kalian menyebut Muawiyah kecuali dengan kebaikan”. (Al-Bidayah 8/125)
Ali bin Abi Thalib berkata sepulangnya dari perang Shiffin,” Wahai manusia, janganlah kalian membenci kepemimpinan Muawiyah, seandainya kalian kehilangan dia, niscaya kalian akan melihat kepala kepala bergelantungan dari badannya (banyak pembunuhan)”. (Al-Bidayah 8/134)

Ibnu Umar ra berkata, ”Saya tidak melihat setelah Rasulullah orang yg lebih pandai memimpin manusia daripada Muawiyah.”

Dikatakan padanya, ”Sekalipun Ayahmu?” katanya, ”Ayahku Umar lebih baik daripada Muawiyah, tetapi Muawiyah lebih pandai berpolitik darinya.” (As-Sunnah I/443 Al-Khallal, Siyar A’lam Nubala 3/152, Al-Bidayah 8/138)

Ibnu Abbas berkata, ”Saya tidak melihat seorang yang lebih arif tentang kenegaraan daripada Muawiyah” (Al-Bidayah 8/138) Beliau juga mensifati Muawiyah dengan “faqih” (Shahih Bukhari 3765)

Mujahid berkata, ”Seandainya kalian melihat Muawiyah, niscaya kalian akan mengatakan : Inilah Al Mahdi.” Ucapan senada juga dikatakan Qatadah (As-Sunnah I/438 Al-Khallal)

Zuhri berkata, ”Muawiyah bekerja dalam pemerintahan Umar bin Khattab bertahun-tahun tiada cela sedikit pun darinya.” (As-Sunnah I/444 Al-Khallal).

Suatu kali pernah diceritakan kepada A’masy tentang keadlian Muawiyah, maka dia berkata, ”Bagaimana kiranya seandainya kalian mendapati Muawiyah?” Mereka berkata, ”Wahai Abu Muhammad apakah dalam kelembutannya?” Dia menjawab, ”Tidak, demi Allah, bahkan dalam keadilannya.” (As-Sunnah I/437)

Al-Muafa bin Amran pernah ditanya, ”Wahai Abu Mas’ud, siapakah yang lebih utama: Umar bin Abdul Aziz atau Muawiyah?” Beliau langsung marah sekali seraya berkata,” Seorang sahabat tidak dibandingkan dengan seorang pun. Muawiyah adalah sahabat Nabi, iparnya, penulis wahyunya.” (Tarikh Dimasyq 59/208)

Ibrahim bin Maisarah berkata, ”Saya tidak melihat Umar bin Abdul Aziz memukul sesorang kecuali seorang yang mencela Muawiyah, beliau mencambuknya dengan beberapa cambukan.” (Tarikh Dimasyq 59/211)

Imam Ahmad pernah ditanya tentang seseorang yang Muawiyah dan Amr bin Ash, “Apakah dia Rafidhah?” Katanya,” Tak seorang pun berani mencela keduanya kecuali mempunyai tujuan jelek.” (Tarikh Dimasyq 59/210)

Ibnu Qudamah Al-Maqdisi berkata, ”Muawaiyah adalah paman kaum mukminin, penulis wahyu Alloh, salah seorang khalifah muslimin- semoga Allah meridhai mereka.” (Lum’atul I’tiqad hal 33)

Ibnu Taimiyah berkata,” Para ulama sepakat bahwa Muawiyah adalah raja terbaik dalam umat, karena 4 pemimpin sebelumnya adalah para khalifah nubuwwah, adapun dia adalah awal raja dan kepemimpinannya adalah rahmat.” (Majmu’ Fatawa 4/478, Minhaj Sunnah 6/232)

Ibnu Abil Izzi Al Hanafi berkata, ”Raja pertama kaum muslimin adalah Muawiyah, dan dia adalah sebaik-baiknya raja kaum muslimin.” (syarh Aqidah Thahawiyah hal 722)

Adz-Dzahabi berkata dalam biografinya, ”Amirul mukminin, raja Islam. Muawiyah adalah raja pilihan yang keadilannya mengalahkan keshaliman.” (Siyar 3/120, 259) … 

Ka’ab al-Ahbar berkata : "Tidak ada orang yang akan berkuasa sebagaimana berkuasanya Mu’awiyah."

Adz-Dzahabi berkata : "Ka’ab meninggal sebelum Mu’awiyah menjadi khalifah, maka benarlah apa yang dikatakan Ka’ab. Sebab Mu’awiyah menjadi khalifah selama dua puluh tahun, tidak ada pem­berontakan dan tidak ada yang menandinginya dalam kekuasaannya. Tidak seperti para khalifah yang datang setelahnya. Mereka banyak yang menentang, bahkan ada sebagian wilayah yang menyatakan melepaskan diri."

Mu’awiyah melakukan pemberontakan kepada Ali sebagaimana yang telah disinggung di muka, dan dia menyatakan dirinya sebagai khalifah. Kemudian dia juga melakukan pemberontakan kepada al­-Hasan. Al-Hasan akhirnya mengundurkan diri. Kemudian Mu’awiyah menjadi khalifah pada bulan Rabiul Awal atau Jumadil Ula, tahun 41 H. Tahun ini disebut sebagai ‘Aam Jama’ah (Tahun Kesatuan), sebab pada tahun inilah umat Islam bersatu dalam menentukan satu khalifah. Pada tahun itu pula Mu’awiyah mengangkat Marwan bin Hakam sebagai gubernur Madinah. 

Pada tahun 43 H, kota Rukhkhaj dan beberapa kota lainnya di Sajistan ditaklukkan. Waddan di Barqah dan Kur di Sudan juga ditak­lukkan. Pada tahun itu pulalah Mu’awiyah menetapkan Ziyad anak ayahnya. Ini -menurut ats-Tsa’labi- merupakan keputusan pertama yang dianggap mengubah hukum yang ditetapkan Rasulullah. 
Pada tahun 45 H, Qaiqan dibuka. 

Pada tahun 50 H, Qauhustan dibuka lewat peperangan. Pada tahun 50 H, Mu’awiyah menyerukan untuk membaiat anaknya Yazid sebagai putra mahkota dan khalifah setelahnya jika dia meninggal.

Mu’awiyah meninggal pada bulan Rajab tahun 60 H. Dia dimakamkan di antara Bab al-Jabiyyah dan Bab ash-Shaghir. Disebutkan bahwa usianya mencapai tujuh puluh tujuh tahun. Dia memiliki beberapa helai rambut Rasulullah dan sebagian potongan kukunya. Dia mewasiat­kan agar dua benda itu di diletakkan di mulut dan kedua matanya pada saat kematiannya. Dia berkata, “Kerjakan itu, dan biarkan saya menemui Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha penyayang!”.





"Sikap keras kepala dan keangkuhan Muawiyah bin Abi Sufyan ditunjukkan kembali ketika masyarakat Kufah, Basrah, Madinah dan sebagian penduduk Persia mengangkat Hasan bin Ali sebagai khalifah. Muawiyah tetap pada pendiriannya untuk tidak mau melakukan bai’at kepada Hasan. Usaha tersebut ternyata dengan mudah diperoleh hasilnya, karena Hasan bin Ali mau menyerahkannya kepad Muawiyah dengan berbagai persyaratan dan tuntutan yang diajukan Hasan."
Di antara tuntutan yang diajukan Hasan bin Ali supaya ia menyerahkan kekuasaan khalifah kepada Muawiyah adalah:1.       Bahwa kekuasaan atau khalifah harus diserahkan kepada umat Islam untuk menentukannya kelak setelah Muawiyah meninggal,
2.       Bahwa Muawiyah harus menyerahkan sebagian harta Baitul Mal kepadanya sebagai bentuk perjanjian dengan Muawiyah,
3.       Bahwa Muawiyah tidak lagi mencaci maki bapaknya serta keluarganya. Muawiyah menyerahkan pajak bumi dari Persia dan daerah Dar Ibjirad kepada hasan setiap tahun,
4.       Bahwa Muawiyah tidak menarik sesuatu dari penduduk

Madinah, Hijaz dan Irak, karena hal itu telah menjadi kebijakan ayahnya, Ali bin Abi Thalib, sejak ia masih berkuasa.
Sebagai seorang politisi cerdik, semua tuntutan dan persyaratan tersebut dipenuhi Muawiyah. Dengan dipenuhinya berbagai persyaratan dan tuntutan itu, akhirnya Muawiyah memperoleh jabatan khalifah dari tangan Hasan bin Ali pada tahun 41 h/661 M. Dengan demikian, Muawiyah b in Abi Sufyan mencapai puncak karir di dalam dunia politik sebagai seorang khalifah yang memimpin seluruh umat Islam di dunia ketika itu. Jabatan khalifah dipegangnya hingga ia meninggal dunia pada tahun 680 M.




#########################################################################



Sejarah yang di selewengkan


Sejarah Bani Umayyah adalah sebuah fasa sejarah yang paling banyak diseliti berita-berita bohong dan pengubahan. Oleh kerana itu, kita dapati banyak tulisan-tulisan yang memberikan kesan negatif dan kurang baik, padahal banyak sekali jasa Bani Umayyah yang semestinya boleh  ditonjolkan, seperti:
penyebaran Islam secara besar-besaran terjadi di berbagai belahan dunia: Islam mencapai Eropah melalui Musa bin Nushair dan Thariq bin Ziyad, di wilayah Timur hingga ke Cina, Qutaibah bin Muslim membuat jutaan hati manusia mencintai Islam, orang-orang Hindustan yang akrab dengan berhala dan keyakinan-keyakinan animismenya dibuat mengenal tauhid melalui Muhammad bin Qashim ats-Tsaqafi.


Kemudian perkembangan dasar-dasar ilmu pengetahuan, ilmu fikih, dll. Sangat banyak sekali perkembangan progresif terjadi di masa ini, namun tampaknya sebagian penulis lebih senang menampilkan sisi-sisi negatifnya. 


P
enonjolan poin-poin negatif tersebut antara lain disebabkan: penulisan sejarah yang banyak terjadi di masa Abbasiyah, tersebarnya tulisan-tulisan sejarah yang dibuat oleh orang-orang Syiah yang membenci Bani Umayyah, dan para orientalis turut memanaskan suasana agar umat Islam membenci sejarah mereka dan menanamkan keraguan terhadap pendahulu-pendahulu mereka.

Daulah Bani Umayyah sama seperti daulah-daulah Islam lainnya, memiliki catatan putih dan hitam. Mereka memiliki jasa-jasa yang besar terhadap kaum muslimin, namun juga memiliki kesalahan. Di antara jasa besar Bani Umayyah adalah pada masa pemerintahan mereka jumlah orang-orang yang memeluk agama Islam terbilang fantastik. Dan dari sini saja, rasanya cukup membantah anggapan negatif terhadap daulah ini. Hal ini menunjukkan keberhasilan Bani Umayyah mewujudkan nilai-nilai Islam yang luhur di wilayah taklukannya sehingga orang-orang non-Islam tertarik dan berbondong-bondong memeluk Islam.


Jika diringkas, penyebaran Islam yang dilakukan oleh Bani Umayyah mencakup empat wilayah besar. Arah Barat yang berakhir di Eropah, Andalusia, Hindustan wilayah Pakistan dan sebagian wilayah India, wilayah Cina di Timur, dan wilayah Kaukasus di Selatan Afrika.

Buah dari penaklukan negeri-negeri ini, lahirlah tokoh-tokoh besar umat Islam dalam bidang fikih, tafsir, sastera, kedoktoran, geografi, teknik, kimia dan ilmu-ilmu lainnya. Sebut saja Imam Bukhari, Muslim, Tirmidzi, an-Nasai, ath-Thabari, Ibnu Khaldun, adz-Dzahabi, dan lainnya, mereka semua adalah buah dari dakwah Islam Bani Umayyah.


Pendapat Ulama Tentang Bani Umayyah 

Syaikhul Islam, Ibnu Taimiyyah, dalam kitabnya Minhaju as-Sunnah mengkritik perkataan orang-orang Syiah dan Mu’tazilah yang menganggap jeleknya keislaman Muawiyah bin Abu Sufyan dan khalifah Umayyah secara umum. Beliau menyatakan, secara umum, para khalifah Bani Umayyah tidak disifati dengan celaan. Secara umum, keislaman mereka baik, mereka adalah orang-orang terpilih dari kalangan umat Islam. Muawiyah, kemudian ayahnya Abu Sufyan dan ibunya Hindun binti Utbah adalah orang-orang yang baik keislamannya (Minhaju as-Sunnah, 4:328). Kemudian Ibnu Taimiyah mendudukkan perihal persitiwa terbunuhnya Husein bin Ali radhiallahu ‘anhu dan riwayat-riwayat bohong dan berlebihan yang dibuat-buat oleh orang-orang Syiah tentang peristiwa tersebut.

Menurut Ibnu al-Arabi, catatan sejarah tentang Bani Umayyah banyak disusupi syubhat yang merosak sejarah itu sendiri. Khalifah pertama Bani Umayyah yakni Muawiyah bin Abi Sufyan radhiallahu ‘anhu adalah orang yang istimewa, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mempercayainya sebagai penulis wahyu Alquran, kemudian Abu Bakar mengangkat saudaranya Yazid bin Abu Sufyan sebagai gabernur Syam (al-‘Awashim min al-Qawashim, Hal. 234).

Ketika membahas Muawiyah mengangkat Yazid menjadi khalifah, Ibnu al-Arabi menyebutkan bahwa Yazid adalah seorang yang adil dan memang memiliki kapasiti sebagai khalifah (al-‘Awashim min al-Qawashim, Hal. 224-234). Ia juga mengingkari fitnah bahwa Yazid adalah seorang peminum khamr, “Katanya Yazid adalah seoarang peminum khamr. Saya katakan, tidak halal mengatakan yang demikian kecuali dengan dua orang saksi. Diriwayatkan bahwa al-Laits bin Saad (ulama tabiut tabi’in) mengatakan, ‘Amirul mukminin Yazid bin Muawiyah wafat pada tahun…’al-Laits menyebut Yazid dengan amirul mukminin (al-‘Awashim min al-Qawashim, Hal. 227-228).

Ibnu al-Arabi tidak hanya membahas generasi awal Bani Umayyah, bahkan lebih dari itu, Ibnu al-Arabi pun meriwayatkan permasalahan fiqih dari khalifah Umayyah Abdul Malik bin Marwan (al-‘Awashim min al-Qawashim, 249-251).

Sikap pertengahan para ulama dalam menyifati Daulah Bani Umayyah tidaklah lantaran mereka cinta terhadap Bani Umayyah melebihi hak mereka. Para ulama ini hanya berusaha mendudukkan permasalahan pada tempatnya, menyanjung perbuatan baik mereka dan memperingatkan dari kekeliruan mereka. Di antara mereka ada yang mengalami masa pemerintahan Umayyah seperti Imam Ibnu Hazm dan Ibnul Arabi. Dua tokoh ulama ini menyaksikan bagaimana jasa-jasa Bani Umayyah di Andalusia.


Bersamaan dengan kebaikan yang mereka miliki, tentu saja Bani Umayyah memiliki kesalahan sebagaimana orang lain memiliki kesalahan. Namun apabila dibandingkan dengan jasa mereka terhadap umat Islam, maka tidak pantas kita katakan –secara umum- Daulah Bani Umayyah adalah masa kegelapan atau kemunduran Islam, lebih pantas kita katakan –secara umum- dakwah Islam kian tersebar di masa Daulah Bani Umayyah.

Oleh kerana itu, janganlah kita termakan isu-isu dusta yang dibuat oleh orang-orang Syiah, Mu’tazilah, dan para orientalis sehingga kita membenci sejarah emas pendahulu kita. Yang buruk dari bagian sejarah mereka, kita katakan itu buruk, namun kita tidak melupakan jasa-jasa baik mereka. 


No comments:

Post a Comment